Kanker Payudara: Pita Pink, Beban, dan Harapan

ILUSTRASI Kanker Payudara: Pita Pink, Beban, dan Harapan.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
WARNA pink melambangkan kasih sayang, kelembutan, sekaligus optimisme dan keberanian. Warna yang tepat untuk menjadi simbol BCAM (Breast Cancer Awareness Month). Setiap Oktober kita diingatkan bahwa kanker payudara dapat hadir setiap saat merenggut nyawa kita.
BCAM datang membawa pesan: Sayangilah payudaramu, deteksi dini akan menyelamatkan hidupmu. Semua negara memandang kanker payudara sebagai ancaman serius. Kanker payudara menduduki tempat (rasio) kanker tertinggi dan jumlahnya terus meningkat.
Kanker membawa penderitaan terhebat, biaya pengobatan termahal, dan pemerintah memang harus turun tangan. Australian National Breast Cancer Foundation mencatat, sepuluh tahun ini angka kejadian kanker payudara di Australia meningkat 24 persen.
BACA JUGA:Pengalaman Lisa Manuarva Melawan Kanker Payudara, Sebut Tidak Semenyeramkan Bayangannya
BACA JUGA:4 Langkah SADARI, Penting untuk Deteksi Dini Kanker Payudara
Satu di antara tujuh perempuan Australia akan terkena kanker payudara, sembilan kematian karena kanker payudara terjadi setiap hari. Apakah kanker payudara akan selalu berakhir dengan kematian?
Kerja keras para ilmuwan membawa hasil, harapan hidup penderita kanker payudara makin baik. Akhirnya Vincent de Vita di awal tahun 1990-an menyatakan bahwa kanker payudara bukan penyakit yang tidak bisa disembuhkan lagi.
Syaratnya jelas: pasien harus datang pada saat yang tepat dan datang ke tempat (klinik) yang tepat. De Vita benar. Terbukti, catatan 1989– 2022 angka kematian akibat kanker payudara di AS menurun 44 persen.
BACA JUGA:Edukasi Kanker Payudara di Surabaya, TIBA dan RRS Gaungkan Lagi SADARI
BACA JUGA:Hari Penelitian Kanker Payudara Sedunia 18 Agustus 2025: Sejarah, Fakta, dan Pencegahan
Di Australia, sejak 1994 kematian kanker payudara menurun 40 persen. Walaupun angka kejadiannya terus meningkat, di negara maju angka kematian karena kanker payudara menurun. Berbeda dengan negara berkembang, angka kejadian kanker payudara meningkat, angka kematiannya juga meningkat tajam.
Mengapa rumus De Vita tidak bisa berjalan di semua negara? Bagaimana negara kita, Indonesia? Negeri berpenduduk 280 juta jiwa, dengan level pendidikan yang relatif rendah, geografi begitu luas, pendapatan per kapita USD4.900, sarana kesehatan jauh dari memadai?
Bulan Februari 2025 Kemenkes memberikan alarm, tahun 2050 angka kejadian kanker akan meningkat 70 persen. Kemenkes telah siap dengan panduan setebal 106 halaman, berjudul Rencana Kanker Nasional 2023–2034.
BACA JUGA:Terobosan Vaksin Baru Cegah Kanker Payudara: Harapan Masa Depan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: