Kanker Payudara: Pita Pink, Beban, dan Harapan

Kanker Payudara: Pita Pink, Beban, dan Harapan

ILUSTRASI Kanker Payudara: Pita Pink, Beban, dan Harapan.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

BACA JUGA:RSOS Menyelenggarakan Seminar, Dorong Kesadaran Kanker Payudara

Tertera kanker payudara masih tetap menjadi beban terbesar di negeri ini dengan angka kejadian (2022) 41,8 kasus per 100.000 penduduk dan prevalensi 51 persen dari seluruh kanker pada wanita. Masalah utamanya tetap tidak berubah, cancer delay. Lebih dari 70 persen penderita kanker payudara di Indonesia datang terlambat. 

Pertanyaannya, apakah panduan Kemenkes dapat diandalkan untuk menurunkan angka kematian kanker payudara seperti di Negeri Paman Sam? Mari berandai-andai, bila kita berencana menuju ke satu tempat, Rencana Kanker Nasional 2023–2034 hanya peta penunjuk jalan saja. 

Sir Michael Marmot (WHO) menyatakan, health system is a vehicle which bring us to the future. Tentu kita harus bertanya, apakah kita telah memiliki kendaraan (sistem) yang tepat untuk menempuh perjalanan yang berat melawan kanker? 

BACA JUGA:Meriah! Senam Dahlan Iskan Peringati Bulan Kanker Payudara, Ada Kampanye SADARI

BACA JUGA:Waktunya Bulan Kesadaran Kanker Payudara Sedunia, RE/MAX Eagle Surabaya Rayakan Global RE/MAX Day

Jelas, kendaraan itu harus memiliki persyaratan khusus, apalagi di era padat teknologi ini. Kita akan menempuh perjalanan panjang, AS membutuhkan 30 tahun untuk menurunkan kematian kanker payudara sebesar 44 persen. Apakah bahan bakar kita cukup? 

Pesan Ohmae, money is the blood of all kind of business activity. Tanpa bahan bakar yang cukup, tanpa kendaraan terandalkan, sebagus apa pun panduan Kemenkes itu disusun, kita tidak akan pernah sampai tujuan. 

Perkiraan anggaran tentu telah dipikirkan di Rencana Kanker Nasional 2023–2034. Ada baiknya kita melirik berapa besar belanja penanganan kanker payudara di AS. Wah, fantastis, tahun 2020 belanja AS untuk kanker payudara tercatat sebesar USD29,8 billion. 

BACA JUGA:Fun Walk for Hope, Langkah Kecil Melawan Kanker Payudara

BACA JUGA:Perjuangan Puput Novel Melawan Kanker Payudara dan Komplikasi yang Menjadi Akhir Perjalanan Hidupnya

Tahun 2024 meningkat hampir 10 persen menjadi USD32,7 billion. Lantas, apa strategi negeri kita, negara yang –berpenduduk 280 juta, income per capita USD4.900, dan secara ekonomi masih berat– untuk menghadapi penyakit yang teramat mahal itu?  

Pertemuan ilmiah Cancer Control di Kuala Lumpur tahun 1990, saya membawa makalah Breast Cancer Control in East Java. Pemaparan makalah Cancer Control in East Java, saya awali dengan menyebut formula klasik tiga dasar layanan kesehatan: quality, accessibility, affordability

Dalam sesi diskusi, Barbara Starfield, pakar layanan primer, berbicara, ”pendapat saya berbeda. Penanganan kanker payudara sangat rumit dan sangat berisiko. Kesempatan sembuh terbesar terletak pada penanganan pertama. 

Ketepatan diagnosis dan tata cara terapi adalah hal yang tidak bisa ditawar. Kesalahan penanganan kanker payudara menduduki tempat ke-2 terbanyak yang menjadi masalah hukum di AS. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: