Ansory Siregar Nilai Soeharto Layak Dikenang sebagai Pahlawan Nasional
Wakil Ketua Komisi VII DPR RI, Ansory Siregar--Antara
HARIAN DISWAY - Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI, Ansory Siregar, menegaskan bahwa wacana pemberian gelar Pahlawan Nasional kepada Presiden ke-2 Republik Indonesia, Soeharto, perlu dilakukan dengan penuh kehati-hatian dan objektivitas.
Ia menekankan pentingnya penilaian yang berimbang dan menyeluruh terhadap rekam jejak perjuangan setiap tokoh yang diusulkan.
“Pemberian gelar pahlawan adalah bentuk penghormatan negara kepada individu yang telah memberikan jasa besar. Karena itu, prosesnya harus dilakukan secara objektif, berimbang, dan berdasarkan penilaian yang komprehensif, bukan sekadar melihat satu sisi dari perjalanan sejarah,” ujar Ansory dalam keterangan tertulis kepada Parlementaria, di Jakarta, Sabtu, 8 November 2025.
Menurut Ansory, setiap tokoh bangsa memiliki kelebihan dan kekurangan dalam kiprahnya. Ia menilai, tidak ada manusia yang sempurna, sehingga dalam menilai sosok yang diusulkan sebagai pahlawan bangsa perlu bersikap proporsional.
“Kita harus menilai secara proporsional. Tidak menutup mata terhadap kekurangan, tetapi juga tidak menafikan jasa dan kontribusinya bagi bangsa,” tambahnya.
BACA JUGA:Bahlil Lahadalia: Semua Mantan Presiden Layak Dapat Gelar Pahlawan Nasional
Dalam konteks Soeharto, Ansory menilai terdapat sejumlah hal yang patut dicermati secara objektif. Ia menyebut Soeharto dikenal sebagai Bapak Pembangunan yang berhasil meletakkan dasar pertumbuhan ekonomi nasional serta menciptakan stabilitas politik di masa-masa awal kepemimpinannya.
“Di bawah kepemimpinannya, Indonesia mengalami kemajuan signifikan dalam bidang infrastruktur, pertanian, dan pendidikan,” jelas politisi Fraksi PKS itu. Ia juga menyoroti peran strategis Soeharto dalam menjaga keamanan negara, terutama saat Indonesia menghadapi ancaman ideologi komunis.
Tak hanya di dalam negeri, Ansory menilai Soeharto juga menunjukkan sisi kemanusiaan dan kepedulian internasional. Ia mencontohkan, pada tahun 1995, Soeharto melakukan kunjungan langsung ke Bosnia-Herzegovina di tengah perang yang masih berkecamuk.
Kunjungan berisiko tinggi itu, menurutnya, menjadi simbol empati dan solidaritas Indonesia terhadap rakyat Bosnia, khususnya umat Islam yang menjadi korban konflik.
BACA JUGA:PP Muhammadiyah dan PBNU Dukung Usulan Soeharto sebagai Pahlawan Nasional
BACA JUGA:DPR Terbelah Soal Wacana Soeharto Jadi Pahlawan Nasional: Bonnie Ajak Cermati Fakta Sejarah
“Langkah tersebut menunjukkan sisi kemanusiaan dan keberanian yang patut diapresiasi. Ia membawa nama Indonesia sebagai bangsa yang peduli pada perdamaian dan solidaritas antarumat,” tutur Ansory.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: dpr.go.id