Haul Gus Dur Pahlawan: Semangat Kemanusiaan yang Menggema Melampaui Waktu
Pondok Pesantren Tebuireng Jombang ramai oleh khalayak yang berziarah ke makam Gus Dur. Umat dari seantero Nusantara berikhtiar hadir dalam rangkaian agenda haul kewafatannya. --iStockphoto
KAWASAN Pondok Pesantren Tebuireng di Jombang menyaksikan perhelatan Haul Ke-16 KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.
Selain memperingati haul wafatnya sang guru bangsa ke-16 KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), acara itu juga menjadi tasyakuran atas penetapan Gus Dur sebagai pahlawan nasional.
Ribuan jamaah dari berbagai penjuru Indonesia memadati setiap sudut maqbaroh dan halaman pesantren, menciptakan suasana yang meriah, khidmat, dan penuh kehangatan –bukti bahwa kesan dan manfaat Gus Dur masih terus hidup dalam hati rakyat.
BACA JUGA:Menjaga Marwah NU ala Gus Dur: Keberanian Moral di Atas Segala Kepentingan
SAMBUTAN NING YENNY: WARISAN KEIKHLASAN YANG TAK PERNAH HILANG
Mewakili keluarga besar Gus Dur, putrinya, Ning Zannuba Ariffah Chafsoh (Yenny Wahid), membuka acara dengan sambutan yang penuh makna. Ia menyampaikan apresiasi mendalam kepada Pengasuh Pesantren Tebuireng KH Abdul Hakim Machfudz (Gus Kikin) yang konsisten menjaga tradisi Haul Gus Dur selama bertahun-tahun.
”Ini bukan hanya tradisi, tetapi ikhtiar spiritual untuk merawat ingatan kolektif bangsa terhadap keteladanan Gus Dur,” ujar Ning Yenny di hadapan jamaah yang antusias.
Ning Yenny sering merenungkan mengapa Gus Dur tetap hidup dalam ingatan publik, bahkan bertahun-tahun setelah wafat. Ramainya peziarah di makam dan terus hidupnya gagasan beliau, menurutnya, adalah tanda kuatnya ikatan batin antara Gus Dur dan rakyat.
BACA JUGA:Gus Dur dan Romo Mangun Diangkat sebagai Pahlawan Kemanusiaan Era Modern
BACA JUGA:Soeharto dan Gus Dur Masuk Usulan 10 Pahlawan Nasional
”Keistimewaan beliau tidak terletak pada jabatan atau identitas tunggal –baik sebagai presiden, ulama, maupun tokoh nasional. Kekuatannya berasal dari keikhlasan dalam memperjuangkan kemanusiaan, terutama membela kelompok yang terpinggirkan,” tegasnya.
Dia mengaitkan sikap itu dengan pesan Gus Mus tentang ”menang dalam kesunyian” –kemenangan batin yang lahir dari ketulusan. Selain itu, Ning Yenny menyebut Nahdlatul Ulama (NU) tumbuh dari keikhlasan para ulama dan jamaahnya, yang menjadi fondasi kekuatannya. ”Aset terbesar NU tidak terlihat, namun sangat kuat, dan itu yang dipraktikkan Gus Dur,” katanya.
Menutup sambutannya, dia mengajak hadirin untuk mensyukuri penetapan Gus Dur sebagai pahlawan nasional dan memperbarui komitmen meneladani nilai perjuangan para pendiri bangsa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: