Haul Gus Dur Pahlawan: Semangat Kemanusiaan yang Menggema Melampaui Waktu

Haul Gus Dur Pahlawan: Semangat Kemanusiaan yang Menggema Melampaui Waktu

Pondok Pesantren Tebuireng Jombang ramai oleh khalayak yang berziarah ke makam Gus Dur. Umat dari seantero Nusantara berikhtiar hadir dalam rangkaian agenda haul kewafatannya. --iStockphoto

Sebagai pengasuh Pesantren Tebuireng, Gus Kikin menyampaikan sambutan utama yang dipenuhi rasa syukur dan kebanggaan. 

”Haul ke-16 ini sekaligus tasyakuran atas dikukuhkannya Gus Dur sebagai pahlawan nasional, sesuatu yang menggembirakan dan membanggakan bagi semua, terutama keluarga,” ujarnya.

Selain itu, Gus Kikin mengenang memori masa kecilnya bersama Gus Dur, khususnya candaan-candaan ringan yang menghangatkan hati. Ia menceritakan saat perayaan Idulfitri di ndalem kesepuhan. 

”Yang muda-muda berkumpul di ruangan kecil, dipimpin Gus Dur yang gemar bercanda. Kami ketawa ngakak sampai yang sepuh-sepuh menengok dan bilang, ’biasa, Abdurrahman itu’.”

Menurutnya, humor Gus Dur bukan sekadar candaan, melainkan cara beliau membangun kedekatan dengan siapa pun, termasuk generasi muda. Gaya komunikasi itu kemudian tumbuh seiring perjalanan beliau di NU, menjadikannya pemimpin yang diterima berbagai kalangan dengan penuh cinta dan rasa hormat.

SAMBUTAN WAMENAG ROMO SYAFI’I: GUS DUR SEBAGAI INSPIRASI PERSATUAN PLURALIS

Wakil Menteri Agama (Wamenag) RI Romo KH R. Muhammad Syafi’i turut menghadiri acara pada Rabu malam, mewakili menteri agama yang berhalangan hadir. 

Dalam sambutannya, ia mengisahkan kesan pertamanya tentang Gus Dur sebagai sosok yang ketokohan dan cerdas memecahkan masalah. ”Setiap kali ada persoalan yang disampaikan kepada beliau, selalu ada solusi,” ujarnya.

Romo Syafi’i menekankan bahwa Gus Dur benar-benar mengamalkan ajaran Al-Qur’an yang menghargai manusia sebagai sesama hamba Allah tanpa pembedaan. 

”Saya Islam, kamu Kristen, Buddha, Hindu, Konghucu, Katolik, semuanya sama-sama hamba Allah,” ungkapnya. Sikap itu, menurutnya, melahirkan nilai-nilai pluralisme yang dampaknya masih terasa hingga hari ini.

Ia juga melihat Gus Dur sebagai pribadi yang sederhana, lapang dada, dan lurus dalam ucapan. Meskipun belum pernah berjabat tangan langsung, Romo Syafi’i menegaskan komitmennya untuk menghidupkan nilai-nilai keteladanan Gus Dur. 

Menutup sambutannya, ia mengajak hadirin bersyukur atas penetapan Gus Dur sebagai pahlawan nasional. ”Semoga keteladanan beliau terus menginspirasi kita semua dalam membangun Indonesia yang lebih pluralis, maju, dan bermartabat,” ujarnya.

GUBERNUR KHOFIFAH: GUS DUR SEBAGAI ”BAPAK KEMANUSIAAN”

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa juga menghadiri acara dan menyampaikan sambutan yang mendalam. Ia mengutip dawuh Gus Mus bahwa tidak ada pihak yang memiliki NU. 

Sebab, NU sejatinya milik Allah SWT. ”Semoga kita semua menjadi perantara turunnya keberkahan dan mampu menata NU menjadi lebih baik,” ujar Khofifah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: