6 Fakta Menarik Film The Running Man 2025, Adaptasi Stephen King yang Lebih Kelam dan Brutal
6 Fakta Menarik Film The Running Man 2025, Adaptasi Stephen King yang Lebih Kelam dan Brutal-IMDb-

6 Fakta Menarik Film The Running Man 2025, Adaptasi Stephen King yang Lebih Kelam dan Brutal-Youtube official Paramount Pictures-
Arnold Schwarzenegger adalah pemeran Ben Richards di film versi 1987, dan karakter tersebut menjadi salah satu ikon dalam kariernya.
Namun, versi 2025 bukanlah remake film Arnold melainkan adaptasi novel. Walaupun begitu, Glen Powell sebagai pemeran baru tetap menerima restu penuh dari Arnold.
Bagi penggemar film klasik tersebut, restu Arnold menjadi simbol bahwa proyek ini bukan pengulangan, tetapi kelanjutan yang menghormati warisan film lama. Ini juga memperkuat kredibilitas Powell sebagai pengganti tokoh ikonik tersebut.
Glen Powell diketahui melakukan pendekatan yang serius untuk memahami karakter Ben Richards dengan lebih manusiawi.
Alih-alih tampil seperti pahlawan penuh otot, ia akan memperlihatkan penderitaan dan kecerdikan karakter yang berjuang demi bertahan hidup.
BACA JUGA:Sinopsis The Toxic Avenger, Black Comedy tentang Antihero yang Brutal dan Jenaka
BACA JUGA:5 Fakta Seru Film The Toxic Avenger, Sempat Sulit Tayang Saking Sadisnya
Ini menandakan bahwa interpretasinya lebih dekat dengan versi novel. Restu dari Arnold seolah menjadi stempel kualitas bahwa proyek ini berada di jalur yang tepat.
4. Edgar Wright Sudah Lama Mengincar Proyek Ini

6 Fakta Menarik Film The Running Man 2025, Adaptasi Stephen King yang Lebih Kelam dan Brutal-IMDb-
Edgar Wright dikenal sebagai sutradara dengan gaya visual yang dinamis, musik yang sinkron dengan adegan, serta editing cepat yang memberi energi pada film.
Ia sudah lama menyimpan keinginan mengadaptasi novel asli The Running Man. Bahkan, ia menyebut buku ini sebagai salah satu cerita yang layak mendapatkan versi film yang lebih serius.
Saat proyek ini akhirnya terwujud, Wright menyatakan bahwa ia ingin menggabungkan elemen thriller, satire, dan kritik terhadap media massa.
Film ini bukan hanya tentang aksi bertahan hidup, tetapi juga tentang bagaimana publik bisa kehilangan empati saat hiburan menjadi prioritas utama.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: berbagai sumber