6 Fakta Menarik Film The Running Man 2025, Adaptasi Stephen King yang Lebih Kelam dan Brutal
6 Fakta Menarik Film The Running Man 2025, Adaptasi Stephen King yang Lebih Kelam dan Brutal-IMDb-
HARIAN DISWAY- Industri film Hollywood kembali menghadirkan proyek adaptasi novel yang menarik perhatian, yaitu The Running Man versi 2025.
Film ini disutradarai oleh Edgar Wright dan dibintangi oleh Glen Powell sebagai karakter utama (Ben Richards). Berbeda dari versi film tahun 1987 yang lebih menampilkan elemen aksi futuristik, versi terbaru ini akan mendekati nuansa novel karya Stephen King yang ditulis dengan nama pena Richard Bachman.
Film ini dijadwalkan tayang pada 14 November 2025, dan hadir dengan pendekatan yang lebih gelap, penuh kritik sosial, serta menampilkan aksi intens tanpa filter.
Dengan jajaran aktor seperti Glen Powell, Emilia Jones, Josh Brolin, Michael Cera, hingga Colman Domingo, film ini menjadi salah satu rilisan paling ditunggu.
BACA JUGA:5 Fakta Menarik Predator: Badlands, Ada Koneksi Langsung dengan Semesta Alien
BACA JUGA:Sinopsis Predator: Badlands, Ketika si Alien Pembunuh Belajar Jadi Manusia
Apalagi dengan reputasi Edgar Wright yang dikenal memiliki gaya visual unik dan tempo penyutradaraan yang dinamis.
Film ini digadang-gadang akan menyuguhkan suatu pengalaman baru dalam film bergenre thriller dystopia. Berikut enam fakta menarik yang wajib diketahui sebelum menonton The Running Man (2025) di bioskop.
1. Adaptasi Lebih Setia pada Novel Stephen King

6 Fakta Menarik Film The Running Man 2025, Adaptasi Stephen King yang Lebih Kelam dan Brutal-IMDb-
Tidak seperti film versi 1987, The Running Man (2025) akan mengikuti isi novel secara lebih utuh. Versi 1987 mengubah banyak elemen cerita, menjadikannya film aksi futuristik khas era ’80-an.
Sedangkan Edgar Wright ingin mengembalikan inti pesan novel, dunia distopia yang korup, masyarakat miskin yang terpinggirkan, dan media yang mengeksploitasi manusia demi rating. Dengan pendekatan itu, film versi 2025 dipastikan terasa lebih kelam dan emosional.
Edgar Wright menyatakan bahwa ia ingin “mengembalikan roh novel” melalui adaptasi ini. Ia menilai bahwa versi film sebelumnya terlalu ringan dan jauh dari atmosfer psikologis yang dibangun Stephen King dalam bukunya.
Wright ingin menghidupkan rasa ketidakadilan dan tekanan psikologis yang dialami karakter utama ketika dijadikan objek tontonan untuk publik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: berbagai sumber