Tebu Tebang Subuh
DEWAN Komisaris Danantara mengunjungi kebun tebu PT Sinergi Gula Nusantara (SGN) di Kuala Madu, Sumatera Utara. -Dokumen SGN-
Petani dihadapkan pada pilihan pragmatis: menjual ke PG swasta yang efisien dengan harga tinggi atau tetap loyal kepada PG BUMN yang sarat keterbatasan. Akibatnya, fragmentasi sosial-ekonomi petani tebu kian dalam. BUMN gula terjebak dalam pusaran inefisiensi struktural.
KORPORASI KE EKOSISTEM
Sebenarnya, langkah PTPN Group melakukan restrukturisasi kelembagaan industri gula melalui PT SGN menjadi titik balik strategis. SGN dibentuk tidak hanya untuk memperbaiki kinerja korporasi gula BUMN. Tapi, juga untuk menegakkan kembali tatanan ekonomi tebu nasional yang berkeadilan.
Ada tiga lapis transformasi besar melalui SGN itu.
Pertama, transformasi korporasi. Hal itu dilakukan melalui langkah efisiensi, modernisasi pabrik, dan digitalisasi manajemen. Itu agar industri gula BUMN mencapai skala keekonomian yang kompetitif.
Kedua, transformasi kelembagaan. Membangun ulang pola kemitraan antara PG dan petani berbasis kepercayaan. Juga, transparansi rendemen dan jaminan pembiayaan. Itu dilakukan dengan mengembalikan sistem bagi hasil (SBH) dan mengurangi sistem pembelian terputus (SPT). Diikuti dengan regionalisasi pengadaan bahan baku tebu.
Ketiga, transformasi ekosistem. Yakni, dengan mengintegrasikan hulu-hilir industri gula dalam satu sistem rantai nilai yang berpihak kepada produksi dalam negeri dan keberlanjutan sosial. Perpres 40/2023 dan program bongkar ratoon tebu petani serta penataan tata niaga gula sebagai aksi konkret transformasi itu.
Beban berat BUMN gula sekarang adalah membangun kembali kepercayaan petani tebu yang selama ini terkikis praktik tata niaga yang tak transparan. Melalui model kemitraan baru berbasis produktivitas. Petani tak lagi diposisikan sekadar sebagai penyedia bahan baku. Tapi, juga sebagai mitra strategis dalam rantai produksi.
Inovasi kelembagaan dilakukan melalui digitalisasi data tebu, transparansi perhitungan rendemen, serta pola bagi hasil yang adil dan insentif berbasis kinerja.
SGN juga berupaya menghadirkan akses pembiayaan dan penyediaan input modern (bibit unggul, pupuk, mekanisasi) agar produktivitas petani meningkat.
REKONSTRUKSI NALAR
Jadi, yang dilakukan SGN sekarang tdak sekadar memperbaiki kinerja korporasi yang telah lama rusak. Tapi, juga memperbaiki ekosistem industri tebu nasional yang terdistorsi oleh kebijakan pemerintah yang kurang berpihak kepada petani tebu.
Baru dalam lima tahun terakhir, spirit membangun kembali ekosistem industri gula ini menggebu lagi. Dengan target terwujudnya kedaulatan pangan dengan salah satunya swasembada gula.
Tentu hal tersebut tidak bisa dilakukan dengan simsalabim. Sebab, kerusakannya mulai dari hulu ke hilir.
SGN sebagai perusahaan negara sudah memulainya. Dengan mengembalikan marwah PG sebagai pilar ekonomi rakyat. Dengan mengonsolidasikan 36 pabrik gula BUMN di bawah satu manajemen korporasi. SGN menciptakan sinergi operasional dan manajerial yang sebelumnya tersebar dan tidak efisien.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: