Cheng Yu Pilihan Guru Besar Ilmu Hukum Universitas Surabaya (Ubaya) Go Lisanawati: Biao Li Ru Yi

Cheng Yu Pilihan Guru Besar Ilmu Hukum Universitas Surabaya (Ubaya) Go Lisanawati: Biao Li Ru Yi

GURU BESAR Ilmu Hukum Universitas Surabaya Go Lisanawati (kiri) menganut prinsip biao li ru yi.--Dokumentasi Harian Disway

HARIAN DISWAY - Go Lisanawati selalu menempa diri untuk menjadi pribadi yang mau belajar melakukan segala sesuatu dengan sebaik-baiknya, seolah-olah hari ini adalah hari terakhir di dunia. 

“Dengan demikian, kita tidak akan pernah menggunakan standar ganda dalam berucap dan bertindak,” kata guru besar Ilmu Hukum Universitas Surabaya (Ubaya) tersebut.

Buddhisme punya ajaran begitu. Sang Buddha sering menasihati murid-muridnya untuk “maraṇasati” (ingat akan kematian). Bukan supaya takut, melainkan agar kita sadar bahwa waktu hidup kita terbatas; dan karena itu, setiap mengambil tindakan, kita harus melakukannya dengan perhatian dan kesadaran penuh (mindfulness). 

Senada, Filsuf Stoa Marcus Aurelius juga menekankan pentingnya “memento mori”: ingatlah bahwa kita pasti mati. 

BACA JUGA:Cheng Yu Pilihan Wakil Dekan Bidang Sumber Daya FISIP Universitas Airlangga A. Safril Mubah: Zuo Shan Jiang Xiang

BACA JUGA:Cheng Yu Pilihan CEO VinFast Indonesia Kariyanto Hardjosoemarto: Shun Qi Zi Ran

Dalam Meditations, catatan pribadinya yang digurat sejak 161 hingga 180 Masehi, Marcus menulis, “Anggaplah dirimu sudah mati. Kau telah menjalani hidupmu. Sekarang, ambillah apa yang tersisa dan jalani dengan benar. Apa yang tidak memancarkan cahaya akan menciptakan kegelapannya sendiri.”

Islam pun sama. Ada hadis yang artinya Anda telah hafal di luar kepala: “Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan engkau akan hidup selamanya. Dan bekerjalah untuk akhiratmu seakan-akan engkau akan mati besok.”

Ya, kesadaran bahwa hidup ini fana bukan untuk membuat kita putus asa, melainkan untuk menuntun kita agar menjalani setiap harinya dengan kebajikan dan integritas. 

Harapannya, dengan begitu, perkataan dan perbuatan kita bisa menjadi cerminan kebijaksanaan dan welas asih kita terhadap sesama dan semesta. Sebagaimana yang pepatah Tiongkok ajarkan, “表里如一” (biǎo lǐ rú yī): apa yang terpancar di luar, sama persis dengan apa yang tersimpan di dalam. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: