Sosiolog Unair Sebut Prostitusi di Surabaya Sulit Diberantas, Hanya Ganti Modus!

Sosiolog Unair Sebut Prostitusi di Surabaya Sulit Diberantas, Hanya Ganti Modus!

Mural di kawasan Jalan Sememi Jaya I yang berdekatan dengan eks lokalisasi Moroseneng-Tirtha Nirwana Sidik-

BACA JUGA:Pemkot Surabaya Perketat Pengawasan di Eks Lokalisasi Moroseneng dan Klakah Rejo


Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga, Prof Bagong Suyanto.-Vincentius Andito Dwijaya Bhakti-Harian Disway -

"Berbeda dengan orang di desa yang masih peduli satu sama lain, di kota besar seperti Surabaya, masyarakatnya impersonal. Jadi tidak peduli dengan tetangga sebelah," sambungnya.

Di desa, ada pengawasan sosial kolektif. Tetangga saling mengingatkan, tokoh masyarakat turun tangan, dan norma lokal kuat.

Tapi di kota, anonimitas menjadi perisai. Orang bisa tinggal bertahun-tahun di satu kos tanpa tahu nama tetangga. Akibatnya, pengawasan dari masyarakat, yang seharusnya jadi mata pertama, nyaris tidak berfungsi.

Prof. Bagong menilai bahwa penutupan Dolly hanya bersifat simbolik dan pelakunya tersebar. Alih-alih menghilang, para pelaku berpindah ke tempat-tempat lebih tersembunyi.

Banyak di antara mereka adalah imigran dari luar Surabaya yang datang demi mencari penghidupan, terjebak dalam sistem ekonomi marginal, dan akhirnya terdorong ke industri seks.

BACA JUGA:Pemkot Surabaya Siapkan Operasi Gabungan di Eks Lokalisasi Moroseneng

BACA JUGA:Eks Lokalisasi Moroseneng Hidup Lagi, DPRD Surabaya Minta Pemkot Bertindak Tegas


Rumah Padat Karya di daerah Sememi yang dibuat untuk mencegah lokalisasi Moroseneng aktif lagi-Boy Slamet-Harian Disway

Menanggapi program rumah padat karya di eks lokalisasi seperti Moroseneng yang digagas Pemkot Surabaya, Prof. Bagong bersikap skeptis.

"Kalau pembangunan rumah padat karya itu tidak ada kaitannya sama sekali, karena itu hanya untuk membangkitkan ekonomi lokal. Sedangkan pelakunya kebanyakan imigran," teragnya.

Menurutnya, program ekonomi mikro memang penting, tapi tidak menyentuh akar masalah prostitusi sendiri. 

Prof. Bagong menekankan, bahwa prostitusi tidak bisa diberantas hanya dengan razia dan penutupan fisik. Selama struktur sosial dan ekonomi yang melanggengkannya masih ada, selama itu pula praktik itu akan terus bermetamorfosis. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: