Longsor Cilacap, 6 Korban Berhasil Ditemukan, 14 Masih Hilang, BMKG Ungkap Penyebabnya

Longsor Cilacap, 6 Korban Berhasil Ditemukan, 14 Masih Hilang, BMKG Ungkap Penyebabnya

Proses pencarian korban tanah longsor di Majenang, Cilacap, Jawa Tengah-BNPB-

HARIAN DISWAY – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkap penyebab longsor di Desa Cibeunying, Kecamatan Majenang, Kabupaten Cilacap, pada Kamis, 13 November 2025 sore. 

Musibah longsor tersebut telah menimbulkan korban sebanyak 9 orang meninggal dunia dengan 14 lainnya masih hilang. Dua korban ditemukan pada hari kejadian yakni pada Kamis. Kemudian pada hari pertama operasi SAR, ditemukan 1 orang korban. Sementara pada hari kedua operasi SAR yakni pada Sabtu, 15 November 2025, ditemukan 6 orang meninggal dunia. 

BMKG melaporkan bahwa hujan berintensitas tinggi telah terjadi di wilayah Kabupaten Cilacap dan sekitarnya pada Kamis, 13 November 2025. Kondisi hujan yang juga berlangsung dalam beberapa hari sebelumnya turut berpotensi meningkatkan kadar air dalam tanah, sehingga secara umum dapat meningkatkan kondisi rentan dan berkontribusi pada terjadinya tanah longsor di lokasi tersebut.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto menyampaikan bahwa pengamatan di Pos Hujan Majenang menunjukkan curah hujan cukup tinggi, yakni masing-masing 98,4 mm/hari dan 68 mm/hari pada 10–11 November 2025. Setelah itu, wilayah tersebut masih mengalami hujan ringan yang mempertahankan kondisi tanah tetap basah hingga akhirnya terjadi pergerakan tanah yang memicu longsor.

BACA JUGA:16 Kabupaten Kota di Jatim Rawan Longsor dan Banjir

BACA JUGA:Prabowo Perintahkan BNPB Gerak Cepat Tangani Longsor Cilacap, 512 Personel Dikerahkan

“Rangkaian hujan tersebut membuat kondisi tanah semakin basah dan lereng menjadi lebih rentan terhadap pergerakan,” ujar Guswanto di Jakarta, Sabtu.

Dari sisi kondisi atmosfer, pola cuaca beberapa hari terakhir memang mendukung terbentuknya awan hujan di wilayah Jawa Tengah. Aktivitas fenomena MJO (Madden Jullian Oscillation) yang sedang melintas serta gelombang atmosfer lain di kawasan yang sama ikut memperkuat proses pembentukan awan tersebut.

Pada skala yang lebih luas, peningkatan hujan juga dipengaruhi adanya pusaran angin di perairan barat Lampung dan selatan Bali, serta zona belokan angin di sekitar Jawa yang membuat pertumbuhan awan semakin intens. 


Tim melakukan pencarian dan penyelamatan korban longsor di Kecamatan Majenang, Cilacap, pada Kamis malam, 13 November 2025. Dokumentasi: BPBD Kabupaten Cilacap--

“Kondisi atmosfer tersebut mendorong terbentuknya awan konvektif yang dapat menimbulkan hujan sedang hingga lebat, disertai kilat atau petir serta angin kencang,” ujarnya.

Kondisi Atmosfer 

Sementara itu, Direktur Meteorologi Publik BMKG Andri Ramdhani menyampaikan bahwa hasil pemantauan atmosfer menunjukkan kelembapan udara yang sangat tinggi pada beberapa lapisan, yakni 850 mb, 700 mb, dan 500 mb, dengan nilai mencapai 70–100 persen. Kondisi udara yang basah di berbagai ketinggian ini mendukung pembentukan awan hujan dalam jumlah besar, sehingga meningkatkan potensi hujan sedang hingga lebat yang dapat disertai kilat dan angin kencang.

BACA JUGA:Operasi SAR Korban Longsor Cilacap Memasuki Hari Ketiga, BNPB Tambah Alat Berat jadi 8 Unit

Sejalan dengan kondisi tersebut, BMKG telah mengeluarkan Peringatan Dini Cuaca dan Iklim Ekstrem yang menyebutkan bahwa wilayah Cilacap, termasuk Kecamatan Majenang, berpotensi mengalami cuaca ekstrem pada periode tanggal 11 hingga 20 November 2025. "Pada rilis tersebut juga disampaikan bahwa hujan sedang hingga lebat diperkirakan dapat terjadi kembali pada 19–22 November 2025,” ujar Andri.(*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: