Harian Disway di China International Press Communication Center (CIPCC) (85): Jadi Desa Penghasil Duit
PERAHU BERGAYA TRADISIONAL mengarungi telaga di Puzhehei, Provinsi Yunnan.-Doan Widhiandono-
Kini Xianrendong berbeda total. Desa pengemis itu sudah kaya raya.
XIANRENDONG tidak hanya kaya. Mereka juga berprestasi. Sebut saja gelar Yunnan’s Premier Ethnic Cultural Village, Provincial Ecological Civilized Village, National Civilized Village, atau National Advanced Unit in Cultural and Ethical Development
Puzhehei sendiri naik kelas menjadi destinasi 5A nasional sejak 2020. Gelar itu hanya untuk kawasan terbaik. Baik dari kualitas alam, pelayanan, konservasi, hingga pengalaman wisata.
Kini, desa yang dulu penuh orang-orang membawa karung untuk meminjam beras itu menarik orang lain. Untuk menikmati liburan.
BACA JUGA:Siswa ITCC Raih Beasiswa ke Tiongkok (6): Siap Taklukkan Dunia Siber
Dan itu perubahan yang tidak hanya mengangkat ekonomi, tetapi juga martabat.
Wajah itu berubah lantaran wilayah Puzhehei menata ulang strategi pariwisatanya pada awal 1990-an. Lanskap karst Yunnan yang memesona—58 danau yang saling terhubung, 360 bukit karst, 40 kilometer rute air, dan hamparan lotus liar—dianggap sebagai aset yang tidak boleh dibiarkan tidur.
Xianrendong berada tepat di inti kawasan itu. Dari desa miskin, kini Xianrendong menjadi desa berpendapatan tertinggi di Qiubei County. Pendapatan ekonomi tahunan menembus 30 juta yuan. Pendapatan per kapita warga menyentuh lebih dari 40.000 yuan per tahun. Angka itu sulit dibayangkan di era ketika mereka harus meminjam beras untuk bertahan hidup.
Dari yang dulunya desa senyap, kini ada 190 homestay dan inn. Totalnya lebih dari 3.000 tempat tidur. Semuanya berjenjang harganya. Ada kamar keluarga, suite kayu dengan balkon yang menghadap telaga, hingga homestay berkelas internasional di tepi danau. Rata-rata pemiliknya warga Sani sendiri.

PULAU-PULAU KECIL di tengah danau menambah indahnya pemandangan di Puzhehei.-Doan Widhiandono-
Pemerintah kabupaten menyebut Xianrendong sebagai model “pariwisata berbasis etnis yang tidak tercebur dalam komersialisasi.” Artinya, desa boleh berkembang, tetapi identitas tidak boleh digerus.
Tentu saja, semua itu tidak hadir begitu saja.
Puzhehei sendiri sudah menjadi ikon Yunnan sejak 1992, ketika kabupaten Qiubei menyatakan komitmen “ecology first” sebagai dasar pengembangan wilayah. Perlahan, pusat-pusat wisata ditata, jalur air dibersihkan, dan gua-gua karst diteliti untuk konservasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: