Dan Houser, Penulis Game Red Dead Redemption Ungkap Kegelisahan Industri Game di Era AI
Dan Houser ungkapkan kegelisahannya tentang industri game di era AI. --gameindustry
Houser sering mengingatkan bahwa teknologi canggih bisa membutakan. “Kalau kita terlalu sibuk mengejar efisiensi, nanti kita lupa apa yang mau kita ceritakan,” katanya.
Melawan Dinginnya Dunia Digital
Dan Houser berharap industri gaming masih fokus pada penggarapan yang berfokus pada kemanusiaan. --gamesradar
Dunia hiburan belakangan terobsesi mengganti peran manusia. Mulai dari aktor digital, pengisi suara sintetis, atau cerita yang otomatis menyesuaikan diri. Houser bertanya balik: apakah itu yang kita inginkan?
Ketika GTA V meledak dan menghasilkan miliaran dolar, ia bisa saja meneruskan hidup nyaman sebagai otak Rockstar. Tapi ia meninggalkan zona nyaman. Demi idealismenya. Itulah bukti bahwa ia belum selesai berjuang.
BACA JUGA:Jadwal Rilis GTA 6 Mundur Lagi, Ini Alasannya!
Absurd Ventures kini bergerak ke berbagai media. Mulai komik, novel grafis, animasi, bahkan bentuk hiburan baru yang belum kita kenal. Semua bermuara pada satu tujuan: menyelamatkan cerita dari keringnya algoritma.
Game bukan semata ratusan baris kode. Bukan pula sekadar fitur online penuh transaksi yang bikin ketagihan.
Game adalah cermin. Ia menunjukkan manusia dengan segala kekonyolannya. Houser mengingatkan industri bahwa teknologi harus mengikuti cerita. Bukan sebaliknya.
“Mungkin suatu hari AI bisa menulis dialog yang sangat mirip manusia. Tapi bisakah ia menulis rasa kehilangan?” katanya dalam sebuah kesempatan.
BACA JUGA:Red Dead Redemption Kini Bisa Dinikmati di HP dan Konsol Generasi Terbaru
BACA JUGA:Sekuel Red Dead Redemption 2 Akan Hadir, Dikonfirmasi Langsung oleh Dan Houser!
Itulah garis batas yang ia jaga. Di era AI, mereka yang menolak hanyut akan terlihat kuno. Tapi masa depan tak selalu dibangun oleh yang paling cepat. Kadang oleh mereka yang tetap teguh memegang nilai.
Houser adalah suara dari sisi itu. Bahwa kreativitas tidak boleh tunduk pada mesin. Sebab, begitu manusia menyerahkan cerita sepenuhnya pada algoritma, kita bisa saja memenangkan efisiensi.
Namun, kehilangan jiwa yang membuat game layak dimainkan. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: