Hari Ibu 2025: Rektor Unitomo Prof Siti Marwiyah, Ingatkan Riset Dosen Seperti Bunda Ngecek PR Anak

Hari Ibu 2025: Rektor Unitomo Prof Siti Marwiyah, Ingatkan Riset Dosen Seperti Bunda Ngecek PR Anak

Hari Ibu 2025: Rektor Unitomo Prof Siti Marwiyah memimpin kampus dengan gaya seorang bunda.. -Siti Marwiyah untuk Harian Disway-

Kasih sayang sosok ibu ditunjukkan Prof. Siti Marwiyah. Rektor Universitas dr Soetomo (Unitomo) itu memimpin universitasnya dengan pendekatan tegas. Dia tak segan menegur mahasiswa yang lalai. Itulah caranya menunjukkan perhatian sebagai seorang ibu.

SETIAP ibu memiliki cara mendidik anak yang berbeda. Dan menurut Prof. Siti Marwiyah, memimpin kampus sama seperti mengasuh keluarga. Harus tegas, hangat, dan mengerti kemauan anak. Karena bagi perempuan seperti dia, kepemimpinan yang benar bisa merawat masa depan.

Dia membuktikan bahwa hati seorang ibu bisa menjadi kompas kepemimpinan. Bahkan di dunia akademik yang penuh tekanan dan persaingan. Sebagai rektor, dia tak memandang kampus sebagai sekadar institusi pendidikan, tapi sebagai keluarga besar.

Dia menjadi ibu dari 9.800 mahasiswa serta ratusan dosen dan tenaga kependidikan. Mereka adalah anak-anak yang sedang menitipkan masa depannya di Unitomo.

BACA JUGA:Hari Ibu 2025: Bupati Lumajang Indah Amperawati Masdar Tak Rela Anak-anaknya Menderita

BACA JUGA:Hari Ibu 2025: Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani Terapkan Parenting Nikita Willy dan Nikita Mirzani

"Saya menganggap mahasiswa itu seperti anak sendiri. Saya ingin menitipkan harapan dan masa depan bangsa kepada mereka," ujar Siti Marwiyah saat dihubungi Harian Disway, Minggu, 21 Desember 2025.


Hari Ibu 2025: Rektor Unitomo Prof Siti Marwiyah (hijab biru muda) saat meresmikan kampus sebagai kawasan antirokok.-Unitomo-

Filosofi Iyat, sapaan Prof Siti Marwiyah, sederhana. Dia memimpin dengan hati seorang ibu. Dia mendengar sebelum memutuskan, merangkul sebelum menegur, dan hadir sebelum menuntut. Dia tak puas hanya membaca laporan.

Setiap pekan, Iyat turun ke fakultas. Kadang datang mendadak ke ruang dosen dan bertanya, "Apa yang menghambat risetmu? Apa yang dibutuhkan mahasiswa?" Persis seorang bunda yang mengecek PR anaknya.

Dari dialog itu, lahir kelompok kerja (pokja) lintas fakultas. Tujuannya, untuk mendorong inovasi akademik, riset terapan, dan pengabdian masyarakat yang menyentuh akar masalah.

BACA JUGA:Zine Exhibition Jelang Hari Ibu: Panggil Aku dengan Namaku

BACA JUGA:Peringati Hari Disabilitas Internasional dan Sambut Hari Ibu, AAI Gelar Kasih Ibu Pelita Hidupku

Kurikulum pun disesuaikan. Skripsi dan tesis kini wajib menghasilkan inovasi nyata. Mulai prototipe, aplikasi, atau model sosial, yang bisa dipatenkan atau diadopsi masyarakat. Mahasiswa dari daerah terpencil didorong meneliti isu di kampung halamannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: