Di Indonesia, Hari Ibu bukan sekadar Mother’s Day. Pernyataan itu terus digaungkan Kemen PPPA sejak 2019. Itu karena Hari Ibu lahir dari Kongres Perempuan I di Jogja pada 22-25 Desember 1928. Karena itulah, Menteri PPPA Bintang Puspayoga selalu menandai Hari Ibu dengan lawatan ke para perempuan pejuang.(Raka Denny/Harian Disway)
Kemarin (17/12) Bintang mengunjungi enam perempuan pejuang di Kota Denpasar, Bali. Keenamnya adalah Ni Nyoman Teplo, 98; Ni Nyoman Sembero, 86; Ni Ketut Runtji, 93; Ni Luh Gede, 95; Rossalyna Revida Nasution, 76; dan Ni Made Nganjungan, 94.(Raka Denny/Harian Disway)
“Setiap tahun kami rutin anjangsana, memberikan tali kasih dan yang terpenting adalah berterima kasih atas kontribusi para pejuang perempuan yang hebat ini sehingga kita semua bisa merdeka,” kata Bintang.(Raka Denny/Harian Disway)
“Jadi sekali lagi, terimakasih untuk para perempuan pejuang di Indonesia. Kami tidak akan lelah mendorong esensi dari Hari Ibu yang maknanya menggambarkan kegigihan perempuan sejak masa pergerakan kemerdekaan,” tutup Menteri PPPA. PPPA.(Raka Denny/Harian Disway)
“Penting bagi kita untuk tidak melupakan perjuangan para pahlawan dan para anggota veteran. Satu hal utama yang patut dicontoh dari perempuan pejuang ini adalah bahwa memperjuangkan kemerdekaan bukanlah hal yang mudah. Butuh keberanian besar dan kegigihan yang tinggi. Semangat pantang menyerah ini yang harus dilanjutkan setiap perempuan di Indonesia, menjadi motivasi untuk bisa menjadi perempuan berdaya,” sambungnya.(Raka Denny/Harian Disway)