NgARTbuburit di UYCC Art Gallery, Enam Seniman Suarakan HAM Lewat Karya Seni
Upload By:
Julian Romadhon|
Selasa / 05-03-2024,22:06 WIB
NgARTbuburit ke-2 Unicorn Young Collectors Club (UYCC) Surabaya kali ini pamerkan 5 karya Instalasi dan satu lukisan oleh 6 seniman yang mengangkat isu tentang Hak Asasi Manusia (HAM). Pameran bertajuk “From The River To The Liberty” ini berlangsung selama empat bulan dari 1 Maret - 30 Juni 2024 di UYCC Art Gallery, Lt. 2 The Win Hotel Surabaya, Jawa Timur. Tarif masuk galleri sebesar 50.000 sekali bayar. Untuk kembali melihat tidak perlu membayar lagi.
"Hacking My Head" karya Nani Nur ini disajikan untuk meretas mind space pengunjung melalui rekayasa pengalaman langsung merasakan sensasi tekstur puing-puing reruntuhan beton namun dengan warna yang cerah menyimbolkan pemikiran kita yang sedang dibungkam dengan kenyamanan yang manis.
"URUP" karya Ritadwika ini merespon bagaimana setiap manusia yang hakikatnya terlahir sebagai individu yang memiliki hak kebebasan justru malah kesulitan untuk bebas karena karena terikat oleh aturan, norma sosial dan kekuasaan. Bola-bola yang tergantung menyimbolkan jiwa-jiwa yang terkekang oleh kondisi sosial, aturan, norma dan kekuasaan.
"Adrenaline of Legacy" karya Ramadhan Arif. Kisah tragis Qabil dan Habil, menyoroti awal mula konflik antar manusia. Dari kisah tersebut, dapat merefleksikan bahwa konflik yang terjadi selalu berpusat pada manusia, hingga kematian menjadi suguhan harian tentang kisah hidup orang lain.
"RING(IN)" karya I Gusti Ketut Alit bersama Rhandu Fahmintha Dewa menggambarkan kentungan atau alat komunikasi tertua di Indonesia, guna menyuarakan kebebasan dan mendengarkan kemerdekaan sebagai sesuatu yang diperjuangkan tidak sendiri, melainkan bersama. Objek utama karya ini, yaitu batang pohon dan akarnya yang kokoh, mewakili pusat atau titik temu komunitas untuk mengumpulkan kekuatan massa secara tegas demi tegaknya kebebasan bersuara dengan hak yang rata.
"Bersulang Untuk Para Petarung" karya Iwan Sri Hartoko, lukisan yang terinspirasi dari tradisi bersulang (toast) di setiap negara yang memiliki nilai budaya dan etika masing-masing di dalamnya. Mulanya, di Yunani abad ke-6 budaya ini dilakukan untuk meredam situasi politik. Cara bersulang ini meyakinkan bahwa wine yang disajikan tidak beracun. Karya ini kemudian membawa kita dalam artian bahwa peperangan yang baik dan hebat adalah perang yang dilakukan dengan anggun dan beretika. Bertarung dengan yang sama kuat, imbang dalam kekuatan, bukan menyerang yang lemah. (Foto: Moch Sahirol Layeli)
- Share: