Sebetulnya, PMK bukanlah “barang” baru. Dulu pun pernah ada. Strange virusnya pun sudah terdeteksi: serotipe O11 dan Java 83.
Namun, Effendi tak berani memastikan strange virus pada PMK kali ini. Bisa saja berbeda dengan yang lama. Sehingga bakal butuh jenis vaksin yang berbeda juga. “Jadi ini virus apa? Strange apa? Itu dulu yang dicari,” katanya.
Saat ini, identifikasi strange virus tengah dilakukan. Yakni dengan metode whole genome sequencing di Balai Besar Penelitian Veteriner. Diambil sampel dari virus PMK yang ada di lima daerah.
Dengan begitu, vaksinnya bisa ditentukan. Tak perlu mengimpor. Sebab, vaksin bisa dibuat dalam negeri.
“Paling cepat minggu ini hasil WGS akan keluar. Baru saya bisa baca. Maka bisa dibikin vaksin strange lokal. Sehingga imunitasnya bisa dimunculkan,” terangnya. Pembuatan vaksin itu tak akan memakan waktu lama. Berbeda dengan pembuatan vaksin pada manusia.
Wakil Dekan III FKH Unair itu juga menyarankan pengobatan. Bahwa sapi yang terjangkit PMK bisa disembuhkan. Selain itu, virus juga bisa dimatikan dengan penyemprotan disinfektan pada kandang. Mengingat virus tersebut menular melalui udara.
Ia juga berharap pemerintah perlu mengeluarkan kebijakan. Yakni dengan melarang sapi yang terinfeksi keluar dari kandang. Artinya semua sapi yang terpapar harus dikarantina. “Saya tak menganjurkan stamping out atau pemusnahan pada sapi seperti di luar negeri,” ungkapnya.
Sebab, efeknya bakal mengacaukan sektor perekonomian masyarakat. Bahkan bisa sampai efek kolateral. Alias efek yang besar melebihi jangkauan imajinasi manusia. (Mohamad Nur Khotib/Salman Muhiddin)