Dari segi plot, tidak ada yang salah. Dalam dua episode pertama, si pesulap nyata-nyata berusaha memikat Yoon Ah-yi dengan berbagai cara. Ia menawarkan beragam bantuan. Mulai dari uang, hingga ’’menghubungkan’’ gadis itu dengan sang ibu yang telah lama pergi. Ia juga selalu ada ketika Ah-yi membutuhkan pertolongan. Ia terang-terangan bilang bahwa ia menyukai Ah-yi.
Hingga akhir episode ketiga pun, penonton tidak akan tahu apa motif si pesulap mendekati Ah-yi. Apakah ia benar-benar menyukai Ah-yi? Atau ia hanya pria kesepian yang tidak suka bersosialisasi? Atau, mengutip kata Na Il-deung, ia adalah ’’Orang mesum aneh yang akan memanfaatkanmu?’’
Apa pun motif si pesulap, caranya mendekati Ah-yi memang creepy. Dalam usia 34 tahun, Ji Chang-wook benar-benar seperti om-om aneh yang menarget cewek-cewek SMA. Well, kita tidak tahu berapa usia si pesulap dalam The Sound of Magic. Namun, penampilan, sikap, dan kepercayaan dirinya mengisyaratkan bahwa ia adalah pria dewasa.
Melihat si pesulap merayu Ah-yi, memukaunya lewat trik-trik sulap murahan, dan mengajaknya naik komidi putar yang terbang ke angkasa—diiringi musical number bernuansa romantis—terasa cringe. Membayangkan perbedaan usia mereka, adegan itu sama sekali romantis. Malah bikin cemas. Apalagi, Ah-yi tampak benar-benar terpikat pada pria itu.
Di sisi lain, Hwang In-youp—yang berusia 31 tahun—masih sangat cocok memerankan anak SMA. Na Il-deung diceritakan naksir Ah-yi. Seperti kita, ia langsung waspada ketika Ah-yi semakin dekat dengan si pesulap. Tidak mengherankan kalau kemudian banyak fans yang lebih mendukung Ah-yi jadian dengan Il-deung. Yang notabene merupakan second lead.
Anyway , mengesampingkan sisi cringe si pesulap, The Sound of Magic sangat asyik untuk ditonton secara maraton. Apa yang dilakukan si pesulap cukup memancing rasa penasaran kita. Toh, hanya enam episode. Dengan visual dan musik yang memanjakan hampir separo pancaindera, kita akan selalu tergoda menekan tombol ’’Episode Selanjutnya’’. (Retna Christa)