”Ada juga jalan yang kita tutup kalau malam. Sengaja kita batasi ruang gerak masyarakat. Agar semua kegiatan masyarakat yang tidak produktif tidak dilakukan. Seperti nongkrong atau kegiatan yang menimbulkan kerumunan. Agar masyarakat bisa di rumah saja,” tambahnya.
Kebijakan itu memang menuai pro dan kontra. Walau sudah dilakukan sosialisasi dan imbauan, tetap saja ada segelintir masyarakat yang tidak terima. ”Ya, namanya petugas. Jadi, harus komunikatif. Dan tentunya harus sabar,” terangnya.
Padahal, Teddy juga sadar. Tetap bertugas membuatnya dan seluruh anggota terpapar. Menjaga jarak aman jelas sulit dilakukan di tengah meredam kekesalan warga. Bagi Teddy, itu adalah risiko yang harus dihadapi. Termasuk andai terpapar. Buktinya, banyak anggotanya yang sempat terpapar dan harus menjalani isolasi mandiri.
”Terpenting jaga kondisi agar tetap fit. Jangan sampai imun turun. Agar tidak tertular. Tapi, namanya umur sudah diatur Tuhan. Tidak perlu takut. Kalau saya, lihat masyarakat sehat dan patuh saja, saya sudah senang,” ucapnya. (Noor Arief Prasetyo-Michael Fredy Yacob)