Libatkan Driver Ojol dan Pedagang Makanan
Selama sebulan menjalani program bantuan, relawan GUSDURian Surabaya setiap hari bisa mengirim sampai 300an paket. Untuk mengirimkan ke pasien, mereka melibatkan sekira 30 orang pengemudi ojek. Itu juga sebagai bentuk dukungan buat kurir. Yuska menyadari kalau pendapatan mereka menurun drastis karena anjuran di rumah saja.
Di dalam paket bantuan terdapat seporsi makanan. Para relawan membelinya dari warung-warung kaki lima terpilih. Lagi-lagi, itu bentuk dukungan terhadap pengusaha-pengusaha kecil tersebut. Supaya mereka tetap mendapatkan pendapatan di masa PPKM. Tapi syaratnya, mereka harus menjamin kebersihan produk. Dan mampu menyediakan menu 4 sehat 5 sempurna.
’’Kalau mau lebih teliti, banyak masyarakat kecil yang sangat merasakan dampak PPKM. Warung yang hidup dengan menjual makanan gigit jari dengan kondisi seperti ini. Makanya bantuan makanan kami beli dari mereka. Tim yang memilih sesuai kriteria,’’ papar Yuska. ’’Makanan itu nantinya disantap pasien isoman yang butuh perbaikan imun. Tidak bisa asal ambil dan kirim,” imbuhnya.
Makanan disiapkan sejak pagi oleh tim relawan. Lalu mereka akan memanggil kurir dan driver ojol. Masing-masing mengantongi alamat tujuan. Setelah paket terkirim semua, pengantar bisa kembali untuk menambah kiriman bantuan atau melanjutkan kerja seperti biasa. Yang penting semua pasien isoman terdaftar sudah mendapatkan bantuan.
Yang jadi kendala, tidak semua pasien isoman terbuka dengan kehadiran kurir. Mereka rata-rata tinggal di kawasan yang sensitif dengan isu korona. Mereka takut ketahuan sedang isoman. Karena khawatir dikucilkan oleh lingkungan. Alhasl, sering kali kurir diberi alamat yang bukan tempat tinggal si pasien. Kurir harus memikirkan cara supaya paket bantuan dapat terkirim.
YUSKA HARIMURTI (dua dari kanan) menyerahkan bantuan APD kepada tim nakes RSUD Dr Soetomo ketika hazmat sedang langka pada awal pandemi lalu. (foto: Yuska Harimurti untuk Harian Disway)
Kepedulian Terus Berlanjut
Selama PPKM darurat, sudah sekitar 6.000 paket bantuan disalurkan kepada pasien. Sejak 13 Juli sampai 16 Agustus 2021. Saat ini tren kasus Covid-19 di Surabaya telah menurun. Sebagian besar pasien isoman juga telah sembuh. Kendati demikian, Yuska tetap akan terus menjalankan program ini. Sebab ia menyadari bahwa ekonomi belum sepenuhnya bangkit.
’’Lagi-lagi kita harus melihat lebih dalam ke lingkungan sekitar. Ada golongan yang tetap kesulitan, meski kasus positif telah menurun. Porter stasiun, pedagang kaki lima, karyawan harian, seniman, tenaga serabutan, sampai musisi panggilan masih sulit bangkit,’’ tuturnya. ’’Belum lagi anak-anak kos yang tidak pulang sehingga harus bertahan. Mereka butuh dukungan kita semua,’’ sebut pria yang sehari-hari bekerja sebagai humas yayasan Darma Yangsi itu.
Menurut Yuska, inilah waktu yang tepat bagi kita untuk menunjukkan prinsip gotong royong. Sesuai identitas bangsa Indonesia selama ini. Dia mengajak masyarakat untuk memperhatikan lingkungan. Siap sedia kalau ada kerabat atau tetangga yang butuh bantuan. Kepedulian jadi cara terbaik bertahan di tengah keadaan serbasulit ini. (Retna Christa-Ajib Syahrian)