Berpegang Teguh pada Jalan Sejarah yang Benar, Menciptakan Masa Depan Gemilang Bersama

Berpegang Teguh pada Jalan Sejarah yang Benar, Menciptakan Masa Depan Gemilang Bersama

TEMBOK BESAR TIONGKOK.-istimewa-

TAHUN INI menandai peringatan genap 80 tahun kemenangan Perang Rakyat Tiongkok Melawan Agresi Jepang dan Perang Anti-Fasis Dunia, sekaligus peringatan genap 80 tahun pembentukan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Melihat kembali sejarah, perang agresif yang dilancarkan oleh fasisme dan militerisme telah mendatangkan bencana besar bagi dunia dan menyebabkan malapetaka yang belum pernah terjadi sebelumnya bagi peradaban manusia. Tiongkok berdiri teguh bersama dengan rakyat yang mencintai keadilan dan perdamaian di seluruh dunia, membentuk front persatuan internasional yang luas untuk melawan kelompok fasisme dan militerisme. Melalui pertempuran yang penuh pengorbanan darah, kita berhasil meraih kemenangan yang mulia dan memenangkan kebebasan serta perdamaian bagi dunia. Kita harus bersama-sama memperingati kemenangan mulia ini dengan  menegakkan jalan sejarah yang benar, menjaga keadilan dunia, dan bergandengan tangan untuk menciptakan masa depan yang lebih gemilang.

Kita harus menghargai perdamaian dan berpegang teguh pada jalan sejarah yang benar. Berpegang teguh pada jalan sejarah yang benar berarti menjunjung tinggi pandangan sejarah yang benar tentang Perang Dunia II, menentang segala pernyataan dan tindakan keliru yang mendistorsi, mengagungkan atau mengingkari sejarah agresi, bersama-sama menjaga kebenaran sejarah, dan menyebarkan energi positif perdamaian dan pembangunan. Kita harus dengan tegas berpihak pada kebenaran sejarah, mengingat pelajaran dari perang, membela nurani dan keadilan, serta mengikuti arus sejarah yang menuju pembangunan damai. Sejarah telah menunjukkan bahwa pembangunan suatu negara bergantung pada perdamaian, demikian pula kesejahteraan rakyat di seluruh dunia. Hukum rimba bukanlah jalan menuju koeksistensi, dan militerisme serta hegemoni bukanlah jalan menuju perdamaian. Perdamaian bukanlah perang, kerja sama bukanlah konfrontasi, dan kemenangan bersama bukanlah permainan zero-sum, inilah tema-tema abadi perdamaian, kemajuan, dan pembangunan masyarakat manusia.

Kita harus berkembang bersama dan mempertahankan keadilan internasional. Delapan puluh tahun yang lalu, setelah meraih kemenangan Perang Anti-Fasis Dunia, negara-negara bekerja sama membangun sistem internasional PBB dan tatanan internasional yang berdasarkan pada tujuan dan prinsip Piagam PBB. Ini merupakan sebuah kemajuan yang luar biasa dalam peradaban manusia dan membuka babak baru dalam sejarah hubungan internasional. Pembentukan PBB merupakan hasil paling penting dari kemenangan Perang Dunia II. Piagam PBB memberikan pedoman fundamental bagi perdamaian dan perkembangan dunia pascaperang. Dunia saat ini tidak damai, dan sistem internasional PBB sedang menghadapi tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Unilateralisme, proteksionisme dan hegemoni terus menantang norma norma dasar hubungan internasional. Kita memiliki kewajiban untuk mempertahankan dan mengembangkan tatanan dan sistem tersebut, yang telah memberikan kontribusi signifikan bagi perdamaian, keamanan dan stabilitas dunia. Prinsip-prinsip dasar hubungan internasional yang termasuk kedaulatan dan keutuhan teritorial tidak dapat diganggu gugat serta non-intervensi dalam urusan dalam negeri harus dihormati. Multilateralisme sejati harus dijalankan.

Kembalinya Provinsi Taiwan ke Tiongkok merupakan pencapaian penting kemenangan Perang Anti-Fasis Dunia dan landasan tatanan pascaperang tidak dapat digoyahkan. Dokumen hukum internasional seperti Deklarasi Kairo dan Proklamasi Potsdam, serta Resolusi 2758 Majelis Umum PBB dan lain-lain mengakui Taiwan sebagai bagian dari Tiongkok, dan menegaskan kedaulatan Tiongkok atas Taiwan. Prinsip Satu Tiongkok merupakan konsensus umum masyarakat internasional dan prinsip dasar hubungan internasional.

Kita harus berpandangan luas terhadap dunia dan bergandengan tangan membangun komunitas senasib sepenanggungan umat manusia. Menghadapi pertanyaan "Ke mana arah perkembangan umat manusia?" yang bersifat global, sejarah dan era, Presiden Xi Jinping berfokus pada kepentingan bersama dan fundamental rakyat Tiongkok dan dunia dari sudut pandang perkembangan sejarah umat manusia serta mempertimbangkan secara mendalam isu-isu utama mengenai masa depan dan nasib umat manusia, misalnya "Dunia seperti apa yang harus kita bangun dan bagaimana kita membangunnya?". Beliau secara kreatif mengusulkan konsep pembangunan komunitas senasib sepenanggungan umat manusia, yang menanggapi aspirasi umun rakyat dari semua negara untuk perdamaian, pembangunan, dan kerja sama. Beliau memetakan jalan yang tepat untuk mengatasi tantangan global dan memberikan suntikan semangat dalam keyakinan dan kekuatan untuk umat manusia menuju masa depan yang gemilang. Kita harus bergandengan tangan dengan sehati sejiwa sewaktu melayari gelombang yang dahsyat. Kami sangat percaya bahwa dalam dunia globalisasi yang semakin mendalam saat ini, hambatan "halaman sempit dan tembok tinggi" tidak dapat menahan gelombang keterbukaan dan inklusivitas, bayang-bayang permainan zero-sum tidak dapat mengalahkan cahaya saling menguntungkan dan menang bersama, serta tindakan hegemonik dan intimidatif yang merugikan tetangga demi kepentingan sendiri tidak dapat menghalangi jalan lurus untuk pembangunan yang damai.

Tiongkok dan Indonesia sama-sama negara yang cinta damai. Budaya Tionghoa selalu menganjurkan "Menghargai Perdamaian" dan "Membangun Persahabatan melalui Kepercayaan" sementara budaya Indonesia selalu menghargai "Kesepakatan Bersama" dan "Bhinneka Tunggal Ika". Sebagai negara berkembang utama, perekonomian pasar berkembang dan kekuatan utama "Selatan Global", Tiongkok dan Indonesia memiliki kepentingan bersama yang luas dan potensi kerja sama yang sangat besar pada tingkat bilateral, regional, dan multilateral. Saat ini, Tiongkok tengah memajukan tujuan mulia pembangunan negara kuat dan pembangkitan bangsa Tionghoa melalui modernisasi ala Tiongkok, sementara Indonesia sedang melangkah maju menuju perwujudan visi "Indonesia Emas 2045." Sebagaimana pepatah Indonesia mengatakan, "Serumpun bagai serai, seliang bagai tebu". Kedua belah pihak harus terus bersama-sama menjaga hasil kemenangan Perang Dunia II, saling mendukung dengan teguh dalam isu yang terkait kepentingan inti dan perhatian utama masing-masing, bahu-membahu memajukan proses modernisasi masing-masing, memberi manfaat bagi rakyat kedua negara dan bekerja sama untuk menciptakan masa depan yang lebih cerah bagi Asia dan dunia.

*) Tan Dayou adalah pelaksana Tugas Konsul Jenderal Tiongkok di Surabaya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: