LOVERS at the Red Sky premiere pekan lalu. Sebagai drama sageuk pertama di paro kedua 2021, ia cukup mengobati kerinduan fans serial sejarah. Untungnya, drama yang dibintangi Kim Yoo-jung dan Ahn Hyo-seop itu tidak mengecewakan. Dari dua episode yang sudah tayang minggu lalu, ada beberapa hal yang bikin kita jatuh cinta. Tapi ada juga yang kurang oke. Berikut di antaranya.
Favorit 1: Legenda Tiga Dewa
Dalam berbagai sinopsis yang disebar SBS selama masa promosi, drama ini disebutkan bergenre sejarah dan romansa. Tidak ada yang bilang fantasi sama sekali. Alhasil, pada episode pertama, banyak fans yang terkejut. Sebab, ternyata ada unsur fantasi dalam kisah yang diadaptasi dari novel Hong Chung-gi karya Jung Eun-gwol tersebut.
Lovers at the Red Sky dibuka dengan gaya khas sageuk. Yakni perseteruan antara tiga dewa: Samshin, dewi kehidupan, Mawang, sang dewa jahat, serta satu dewa yang menjadi penyeimbang di antara ketiganya. Animasinya lumayan oke. Terutama ketika adegan dewa jahat (yang penampilannya mirip Surtur, villain di Thor: Ragnarok) menyantap dewa penyeimbang.
Nuansa yang dibangun di sini cukup oke. Karena Raja Yeongjeong (diperankan Jeon Kuk-hwang) pernah memanfaatkan kekuatan si dewa jahat untuk merebut kekuasaan. Ketika sudah berkuasa, ia merasa perlu menyingkirkan sang dewa jahat. Ia memenjarakan Mawang di dalam sebuah lukisan.
Ini mengisyaratkan bahwa kadang kejahatan diperlukan. Namun harus dikendalikan, agar tidak kebablasan. So, kita bisa berharap drama ini lebih dari sekadar cinta-cintaan antara gadis pelukis kerajaan dan astrolog buta. Tapi bisa dieksplorasi lebih dalam.
Favorit 2: Pasangan yang Ditakdirkan
Plot tentang pasangan yang sudah dipersatukan oleh takdir selalu menghadirkan tantangan tersendiri. Penulis harus menjelaskan kepada audiens kenapa mereka harus bersama. Tantangannya bertambah berat ketika pasangan tersebut terkoneksi sejak kecil. Karena chemistry harus dibangun sejak anak-anak. Dan sutradara harus mengarahkan aktor cilik agar bisa membangun chemistry tersebut.
Untungnya, sutradara Jang Tae-yoo mengeksekusi tugas tersebut dengan baik. Yakni menggunakan plot penglihatan dan kebutaan. Hong Cheon-gi (diperankan Kim Yoo-jung) terlahir buta gara-gara ritual yang dilakukan ayah Ha Ram (Ahn Hyo-seop), saat memenjarakan si dewa jahat ke lukisan Raja Yeonjeong. Ritual itu menyebabkan sang dewa marah dan mengutuk seluruh kerajaan dengan kekeringan dan kelaparan.
Ha Ram kemudian dijadikan tumbal untuk mendatangkan hujan. Ritual lanjutan tersebut menyebabkan Ha Ram dan Hong Cheon-gi jatuh ke danau pada saat yang sama ketika Samshin mengikat takdir mereka. Dengan cara memberikan penglihatan Ha Ram kepada Cheon-gi. Semua logikanya masuk. Apalagi, kedua aktor ciliknya, Lee Nam-kyung (Cheon-gi muda) dan Choi Seung-hun (Ha Ram muda) tampil sangat bagus.
Favorit 3: Masa Dewasa yang Seru
Sembilan belas tahun kemudian, Hong Cheon-gi telah menjadi pelukis berbakat. Dia menjadi salah seorang anggota pelukis kerajaan. Sedangkan Ha Ram yang buta menjalani kehidupan ganda. Ia menjadi pegawai Departemen Astrologi, yang bertugas mengamati pergerakan bintang-bintang. Di sisi lain, ia menjadi pemimpin gerakan intelijen rahasia Wolseongdang.
Pada episode kedua, serial ini menggoda audiens dengan apa yang mungkin terjadi terkait kutukan sang dewa jahat terhadap Ha ram. Dan bagaimana kemampuan Cheon-gi dapat melindungi mereka.
Selain kedua tokoh utama yang diikat oleh takdir, diperkenalkan pula tokoh lain yang tak kalah penting. Yakni Pangeran Agung Juhyang (diperankan Kwak Si-yang). Dalam perjalanannya, ia membebaskan si dewa jahat dari lukisan sang ayah. Ia melakukannya karena berambisi merebut kekuasaan.
Oh, jangan lupa. Ada satu pangeran yang berpotensi mencuri hati kita: Pangeran Yangmyung (Gong Myung). Ia tidak tertarik pada intrik politik. Malah jatuh cinta pada seni dan lukisan. Mudah ditebak, kehadirannya akan menghasilkan cinta segi tiga.
Selain visual yang tidak main-main (setiap adegan yang melibatkan Ha Ram membuat fans memekik kegirangan), drama ini memiliki plot yang rapi. Juga cukup meninggalkan teka-teki. Salah satunya, tentang motivasi Ha Ram membentuk kelompok intelijen rahasia. Apakah ia bertekad menuntut balas atas kesengsaraan yang diderita keluarganya? Mari kita tunggu.
Tidak Favorit: CGI Jelek
Harus diakui, drama ini tidak jago dalam menciptakan efek visual. Oke, beberapa efek computer graphic (CG) di episode pertama cukup memukau. Penampilan si iblis jahat lumayan mengerikan. Tapi serigalanya jayus banget. Cahaya keemasan yang mengiringi kemunculan Dewi Samshin dan awan gelap yang mengitari Ha Ram sangat mengecewakan untuk ukuran 2021. Padahal, sinematografinya sudah bagus.
Sudah begitu, Ha Ram dalam wujud iblis sangatlah aneh. Dibandingkan Lee Jun-ki dalam Illjimae dan Yoo Ah-in dalam Kungkyunkwan Scandal yang terlihat agung dan keren, Ahn Hyo-seob tampak lucu sekali. Kepalanya seperti dipasangi sapu! Untung aktingnya not bad...
Namun, bagaimana pun juga, dua episode perdana itu cukup untuk memancing rasa penasaran audiens. Dan setidaknya, kita sudah tahu level CGI macam apa yang menanti kita di episode-episode berikutnya. Semoga saja, drama ini lebih menitikberatkan kepada hubungan antarmanusia daripada terus-terusan mengekspos cerita dewa dengan efek visual mengecewakan. (Retna Christa)