MASIH banyak warga yang belum kebagian vaksin. Situasi ini dimanfaatkan untuk mencari keuntungan pribadi. Harian Disway mengungkap ada bisnis vaksin di Surabaya. Vaksin Gotong Royong yang diperuntukkan bagi karyawan perusahaan dijual ke masyarakat umum. Diiklankan oleh sebuah perusahaan travel melalui akun instagram.
Vaksin yang ditawarkan adalah Sinopharm. Dosis dua kali. Proses registrasi 3-5 hari. Sementara proses vaksin hanya 15-30 menit. Dijanjikan antrean tidak banyak. Dalam iklan itu disebutkan pula bahwa praktik ini sudah diakui kemenkes. Penerima vaksin akan tercatat di situs PeduliLindungi.
Harian Disway menghubungi nomor kontak yang tertera di iklan tersebut. Ternyata harga yang tertera di iklan belum termasuk ongkos admin. Jika diakumulasikan, total biaya vaksin mencapai Rp 751.600.
Vaksinasi dilakukan di Klinik Surabaya Industrial Estate Rungkut (SIER). Syarat utamanya adalah foto KTP, alamat tinggal, dan nomor HP peserta yang akan didaftarkan vaksinasi. Kami diminta mengirim biaya transfer terlebih dahulu untuk mendapatkan formulir yang jadi persyaratan vaksinasi di klinik nantinya.
Kami juga mendatangi kantor Rodex Sutorejo di Jalan Sutorejo Prima Utara I/PFF Nomor 76P, Senin (6/9). Salah seorang karyawati bernama Mica menerima kami. Dia mengatakan, pelayanan vaksinasi di kantornya sudah bergulir sejak 1 September. Namun dia tidak bisa menyebutkan berapa warga yang sudah mendaftar. “Lumayan sih,” kata Mica yang duduk di meja resepsionis.
Dia menyarankan kami menghubungi Fecillia Setyo yang menjadi koordinator program vaksin Gotong Royong di Rodex Sutorejo. Fecil tidak di kantor. Mica memberikan nomor telepon sang atasan.
Saat kami hubungi, Fecil memastikan bahwa program vaksin Gotong Royong tersebut tidak melanggar aturan. “Kita sudah urus kok ke dinkes dan kemenkes pemkot,” katanyi melalui WhatsApp.
Kami mengirim artikel tentang vaksinasi berbayar yang dibatalkan Presiden Joko Widodo. Sumbernya kredibel: kominfo.go.id. Semua warga dapat vaksin gratis. Kaya atau miskin dapat hak yang sama.
Fecil tidak merespons artikel tersebut. Ia justru menceritakan asisten rumah tangganyi yang kesulitan dapat vaksin. Bahkan sampai sekarang belum dapat jatah vaksin. “Bapak kan nganggur. Daripada ngusut vaksin gotong royong, tolong usut vaksin gratis yang dipersusah,” tulis Fecil.
Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Surabaya drg Febria Rachmanita mengatakan, Rodex Sutorejo bukan klinik. Melainkan agen travel yang tidak ada kaitannya dengan dinas kesehatan. “Nggak ada izin dari kami,” kata Plt Direktur Utama RSUD dr Soewandhie itu.
Izin dinkes hanya dikeluarkan untuk fasilitas kesehatan yang akan menyuntik vaksin. Kadinkes mengeluarkan izin itu ke Klinik SIER.
Feni, sapaan akrab Febria, menegaskan bahwa yang dilakukan Rodex Sutorejo melanggar aturan. Jika praktik itu diteruskan, mereka bisa dilaporkan ke polisi. “Jangan sampai masyarakat tertipu,” katanyi.
Direktur Operasional PT SIER Didik Prasetiyono angkat bicara terkait masalah itu. Sebab, warga yang mendaftar melalui Rodex Sutorejo divaksin di Klinik SIER. Didik sudah mempelajari semua aturan terkait vaksin Gotong Royong. Ternyata ada beberapa poin yang dilanggar oleh Rodex Sutorejo. “Pada prinsipnya vaksin ini gratis. Yang membiayai pemerintah dan perusahaan. Tidak boleh dikomersialkan,” ujar Didik.
Perusahaan yang mau ikut program vaksinasi Gotong Royong harus menanggung semua biaya karyawan dan keluarganya. Rodex Sutorejo boleh mengikuti program itu. Namun mereka dilarang membuka layanan untuk orang di luar perusahaan.
Didik melihat ada celah yang bisa ditembus oleh perusahaan yang ingin cari untung dari vaksin Gotong Royong. Perusahaan bisa membuat daftar karyawan fiktif. Mereka yang mau membayar, lantas didaftarkan ke program vaksin Gotong Royong itu.
Pemerintah, kata Didik, sudah menetapkan batas maksimal harga vaksin Gotong Royong. Klinik yang membuka layanan vaksinasi tidak boleh mematok harga lebih tinggi. “Harga untuk dua dosis vaksin Sinopharm di SK Kemenkes adalah Rp 613.788,” kata mantan Komisioner KPU Jatim itu.
Menurutnya, program vaksin Gotong Royong merupakan upaya dunia usaha untuk membantu pemerintah dalam percepatan vaksinasi. Menurutnya, perusahaan tidak layak memanfaatkan program itu untuk mencari keuntungan.
Selain perusahaan, vaksin Gotong Royong juga dibuka untuk koperasi, yayasan, hingga organisasi. Semua boleh ikut, asal biaya tidak dibebankan ke karyawan atau anggota.
Vaksinasi Gotong Royong sebenarnya minim peminat. Tidak banyak perusahaan yang mendaftarkan karyawannya untuk dapat vaksin tersebut. Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa berharap ada lebih banyak perusahaan yang hadir membantu pemerintah.
Dari 10 juta calon penerima vaksin Gotong Royong, hanya 59.000 jiwa yang sudah mendapatkan suntikan dosis pertama. Sementara dosis kedua baru sebesar 37 ribu jiwa.
Minimnya peserta memunculkan peluang bagi perusahaan yang ingin mencari keuntungan. Siapa yang mau bayar, bisa dapat vaksin tanpa antre dan cepat. (Salman Muhiddin)