Laporan ke empat, kata Mehbob: "Pada tahun 2020, MS kembali membuat laporan ke Polsek Gambir. Namun, saat itu laporannya kembali ditolak. MS diarahkan melapor ke Polres Jakarta Pusat."
Lanjut: "Alasan Polsek Gambir, karena ini masalah PPA. Dan, di Polsek Gambir tidak ada PPA. Adanya di Polres Jakarta Pusat. Lalu MS pulang."
Catatan: PPA adalah Unit Pelayanan Perempuan dan Anak. Karena, biasanya pelecehan seksual menimpa perempuan dan anak. Sedangkan MS, laki laki. Maka, nihil lagi.
Laporan ke lima, via Twitter MS.
MS mengunggah di Twitter, Rabu (1/9/21) pukul 23.00. Menceritakan detil, ditelanjangi rame-rame, disoraki, difoto. Dan, buah zakarnya dicoreti spidol oleh para pelaku.
Langsung heboh. Dalam 18 jam, Kamis (2/9/21) pukul 17.13, unggahan itu dapat 5,6 ribu like. 2,5 ribu komentar, mayoritas mengasihani MS. Dan, 40,2 ribu re-twit (menyebarkan).
Dari data itu, jelas bahwa engagement unggahan tersebut luar biasa heboh.
Engagement, menurut pakar komunikasi massa Wilbur Lang Schramm dari Iowa School of Journalism, Amerika, artinya: Respons timbal-balik. Bukan hanya satu arah.
Di unggahan MS, dengan 40,2 ribu re-twit, berarti menyebar luas. Kalau dikalikan (katakan-lah) 1.000 per akun penerima share, maka puluhan juta orang membaca itu. Inilah disebut viral.
Sejak itu, kasus ini tak bisa dibendung. Liar. Ribuan warganet mengecam Instagram Komisi Penyiaran Indonesia (KPI).
Tapi, masih belum juga tertangani. Malah tambah rumit.
Laporan ke enam. Rabu (1/9/2021) malam, MS melaporkan kelima pegawai KPI yang melecehkannya, ke Polres Jakarta Pusat. Tidak lagi ke Polsek Gambir.
Lagi-lagi, MS harus menceritakan secara detil, terbuka, lengkap, tentang penderitaannya.
Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Yusri Yunus dalam keterangannya, Kamis (2/9/2021) menyatakan: "Yang dilaporkan RN, MP, RT, EO, dan CL."
Laporan ke tujuh. Senin, (6/9/21) MS dipanggil polisi. MS harus cerita lagi, secara detil, semua hal, tentang penderitaannya. Ternyata MS diperiksa kejiwaan di RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur.
Kuasa hukum MS lainnya (selain Mehbob), Rony Hutahean kepada wartawan mengatakan: Ia tidak tahu kegunaan pemeriksaan jiwa.