Ada rumpun bahasa Altai. Yang berisi bahasa-bahasa Japonik, Mongolia, Tungus, dan Turki. Rumpun Amerindian, berisi bahasa-bahasa Quechumara, Maya, Aztek, Algic, Je-Tupi-Carib. Dan seterusnya, ada Austro-Asia, Austronesia, Kaukasia Selatan, Chino-Tibet, dan lain sebagainya.
Semua rumpun bahasa itu lantas ditelisik ke masa lalu. Yang mengerucut secara piramida. Menunjuk ke bahasa-bahasa induknya. Sampai kepada proto language yang menjadi nenek moyang ribuan bahasa manusia. Di zaman Adam dan Hawa.
Menariknya, Chomsky dan Berwick menemukan perkembangan bahasa itu berujung di sekitar 80.000–100.000 tahun yang lalu. Saat itu manusia homo sapiens melakukan migrasi, keluar dari Afrika. Dan menyebar ke seluruh penjuru dunia.
Kemampuan manusia untuk melakukan migrasi dalam jumlah besar itu, menurutnya, menunjukkan bahwa mereka telah memiliki bahasa. Sebagai alat komunikasinya. Kemudian menjadikan homo sapiens bisa bertahan ribuan tahun kemudian. Sedangkan makhluk sebelumnya mengalami kepunahan.
Bukan hanya bisa survive. Melainkan mengembangkan peradaban yang canggih. Di muka bumi. Hal demikian tidak dimiliki dunia binatang. Sebabnya, mereka tidak memiliki bahasa seperti manusia. Yang itu terefleksi dari struktur otaknya. Bahkan sampai pada skala DNA.
Bahwa, perbedaan bahasa itu ternyata bukan hanya soal evolusi dari sisi linguistik. Melainkan, ada lompatan struktur biologis. Di dalam otak dan DNA manusia. Dibandingkan dengan makhluk yang sebelumnya.
Secara sederhana bisa dikatakan, seekor monyet ataupun binatang lainnya tidak akan pernah bisa berbicara dalam bahasa manusia. Meskipun diajari ribuan kali. Kenapa demikian? Sebab, struktur otak dan DNA-nya tidak memiliki fasilitas kebahasaan yang kompleks itu.
Maka, fenomena tersebut sekali lagi menjadi argumentasi pendukung, bahwa peradaban manusia memang berkembang sejak zaman Adam. Puluhan ribu tahun yang lalu. Yakni, ketika Allah mulai mengajarkan bahasa kepada Adam, sebagai pemicu munculnya peradaban tinggi di planet Bumi.
”Dan Dia (Allah) mengajarkan kepada Adam nama-nama (khazanah bahasa) seluruhnya. Kemudian mengemukakannya kepada para malaikat, lalu berfirman: Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar! Mereka menjawab: Mahasuci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana" (Q.S. Al-Baqarah: 31-32)
Wallahu a’lam bissawab. (Bersambung)
*) Agus Mustofa, alumnus Teknik Nuklir UGM, penulis buku-buku tasawuf modern, dan founder kajian Islam futuristik.