Pemerkosaan di Luwu Timur Pelik

Senin 11-10-2021,04:00 WIB
Editor : Yusuf M. Ridho

Malam, masih di awal Oktober 2019, RA mencuci piring setelah makan bersama anak-anak. Mendadak, anak bungsu (wanita) mengeluh sakit pada bagian vagina.

RA segera memeluk si bungsu. Namun, ia kurang begitu jelas mendengar keluhan si bungsu. Lalu, dia bertanya kepada anak yang lebih besar:

”Nak, apa dibilang adek tadi?”

”Tidak ji, Mamak,” jawab anak sulung (wanita).

”Mamak sayang sekali. Sayang sekali. Kalau ada masalah, ceritakan sama Mamak. Mamak jadi penolong dan pelindung ta. Masak sama Mamak tidak berani?”

Anak-anak RA terdiam. RA masih penasaran. Mendesak begini:

”Bilang, Nak. Kalau anak ada sakit, Mamak tidak tahu. Sakitkah, Nak?”

Si sulung terdiam lama. Kemudian menangis. RA kaget, panik. Si sulung, dengan suara pelan seperti tercekik, berkata:

”Mamak… Ayah na anu pepe’ ku.” (Ayah melakukan sesuatu ke vagina saya, Red).

RA kaget. Panik. Menangis. Merebahkan badan ke sandaran sofa, lalu berkata:

”Jangan main-main, Nak. Jangan ki main-main.”

Iye, Mamak. Iye.”

Situasi kemudian hening. Semua terdiam. RA kembali bertanya, ke semua anak:

”Benarkah ini, Nak?”

”Iya, Mamak. Saya juga dianu pantatku,” kata anak yang lain lagi.

”Saya juga Mamak,” jawab anak bungsu.

Tags :
Kategori :

Terkait