Ia berharap situasi ini bisa terus dipertahankan. Dengan begitu semua elemen yang ikut membantu isolasi pasien bisa kembali ke pos masing-masing.
Kondisi di kabupaten dan kota di Jatim juga sama. Data terakhir, Senin (25/10), menyatakan bahwa pasien yang dirawat tinggal 527 orang. Angkanya jauh jika dibandingkan provinsi besar lainnya. DKI Jakarta masih 1.064 kasus, Jawa Barat 1.187 kasus, dan Jawa Tengah masih 1.913 kasus.
“Dalam beberapa hari terakhir penambahannya berkisar 60-100 kasus,” jelas Jubir Satgas Covid-19 Jatim dr Makhyan Jibril, kemarin (26/5). Menurutnya, tambahan kasus di setiap daerah tidak pernah mencapai angka ratusan.
Terakhir paling banyak 46 kasus di Kabupaten Malang. Sementara 18 daerah lainnya mengalami penambahan tidak sampai 10 kasus. Termasuk Surabaya yang hanya 8 kasus.
Turunnya jumlah kasus yang signifikan itu juga terbukti dari sedikitnya pasien di tiga rumah sakit darurat lapangan Jawa Timur. Hanya RS Lapangan Joglo Dungus Madiun saja yang masih merawat pasien. Jumlahnya pun tidak banyak. “Hanya ada empat pasien sampai hari ini,” kata Jibril.
Sedangkan RS Lapangan Indrapura Surabaya dan RS Lapangan Ijen Malang sudah tanpa pasien. Sehingga, bed occupancy rate (BOR) RS darurat di Jawa Timur kini sudah mencapai 1 persen. Menyusul BOR ICU RS 5 persen dan BOR Isolasi RS sudah 3 persen. “BOR ICU yang terpakai hanya di 18 daerah saja. Sisanya, sudah nol semua,” ungkap Jibril.
Pasien baru yang tiba di Asrama Haji Surabaya pada Senin (26/10).
(Foto: Rizal Hanafi-Harian Disway)
Ketua Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi) Jatim dr Dodo Anondo juga berpendapat serupa. Banyak ruang isolasi Covid-19 di RS se-Jatim yang sudah dikonversikan ke ruang perawatan reguler. Artinya, pasien Covid-19 sudah sangat sedikit yang dirujuk ke rumah sakit. “Ada satu-dua di RS rujukan. Tapi, rata-rata dari 40 RS rujukan sudah nol pasien Covid. Di RS Islam Ahmad Yani Surabaya juga sudah tiga minggu nol pasien Covid-19,” ujar Dodo.
Kendati demikian, Dodo tetap menyarankan kepada semua direktur RS di Jatim agar tetap siaga. Ia meminta setiap RS tetap menyiapkan ruangan khusus Covid-19. Termasuk dokter dan semua peralatan.
Itu untuk mengantisipasi adanya gelombang berikutnya pada libur natal dan tahun baru mendatang. Sehingga apabila terjadi serangan, masing-masing RS sudah siap merawat pasien. “ Toh sampai saat ini RS rujukan kan masih belum dicabut. Jadi gak perlu panik. Kita harus tetap siap dan waspada,” katanya. (Salman Muhiddin/Mohammad Nur Khotib)