Adam Tidak Turun dari Langit

Jumat 29-10-2021,04:00 WIB
Editor : Yusuf M. Ridho

Sangat menarik, ketika ayat itu kita pahami berdasar penggunaan istilah atau diksi dalam bahasa Arab-nya. Perintah turun itu menggunakan kalimat perintah dengan diksi ”ihbith”. Yakni, ”qulnahbithuu”. Yang bermakna ”Kami berfirman: turunlah kalian”.

Bukan menggunakan kalimat perintah ”anzil”, misalnya. Yang juga bermakna ”turunlah”. Tetapi, berasal dari kata ”anzala-nazala. Yang juga bermakna ”turun-menurunkan”.

Perbedaan makna dari kedua diksi itu bisa memberikan arah kepada kita. Terkait dengan di mana surga berada. Apakah di planet Bumi? Ataukah di langit. Kita bisa membangun kesimpulan dari berbagai ayat yang menggunakan dua diksi itu.

Diksi anzala-nazala lebih banyak digunakan di dalam Al-Qur’an. Lebih dari 290 kali. Memiliki makna ”turun” dari suatu tempat yang tinggi. Yang tidak melekat di permukaan Bumi. Bisa dari angkasa. Dari awan. Dari luar angkasa. Atau, dari langit jauh nun di sana. Bahkan, dari suatu dimensi yang berbeda.

Misalnya, ayat berikut ini. Yang menceritakan tentang turunnya air hujan dari langit atau awan.

Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap. Dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit. Lalu, Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu. Karena itu, janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui. (Q.S. Al-Baqarah: 22)

Ayat itu menggunakan kalimat ”wa anzala minas-samaā`i maā`an-Dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit.

Atau, di ayat berikut ini. Ketika Allah menggambarkan tentang burung Manna dan Salwa yang diturunkan dari angkasa kepada Bani Israil.

Dan Kami naungi kamu dengan awan. Dan Kami turunkan kepadamu Manna dan Salwa. Makanlah dari makanan yang baik-baik yang telah Kami berikan kepadamu. Dan tidaklah mereka menganiaya Kami. Akan tetapi, merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri. (Q.S. Al-Baqarah: 57)

Kalimatnya adalah ”wa anzalnaā alaikumul-manna was-salwaā-”Dan Kami turunkan kepadamu Manna dan Salwa.

Di ayat yang lain lagi, Allah menggunakan diksi anzala-nazala itu untuk menggambarkan turunnya para malaikat: ”Tanazzalul-malaā`ikatu”. Dari alam berdimensi tinggi.

Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. (Q.S. Al-Qadr: 4)

Atau, turunnya Al-Qur’an dari Lauh Mahfuzh, dengan kalimat ”wa anzalnaā ilaikum nuụram mubiīnaā”.

 Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu. Dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (Al-Quran). (Q.S. An-Nisa: 174)

Dan ratusan ayat lagi yang menggunakan diksi anzala-nazala. Yang semuanya menggambarkan proses turun dari suatu tempat yang tinggi dan berjarak dari permukaan Bumi.

Berbeda dengan diksi ”habatha-yahbithu-ihbith”. Yang juga bermakna ”turun”, tetapi digunakan untuk menggambarkan proses turun dari dataran tinggi ke dataran yang lebih rendah. Semuanya berada dan melekat di permukaan Bumi.

Tags :
Kategori :

Terkait