Wisata dan Reuni Alumni UWKS 83 Menyatukan Kawan Lama

Rabu 10-11-2021,14:56 WIB
Editor : Heti Palestina Yunani

Tak berapa lama kami masuk areal wisata. Pantai dengan bukit-bukit yang menjorok ke laut. Tapi saat itu ramainya luar biasa. Banyak wisatawan memenuhi lokasi pantai. Aku dan beberapa teman menikmatinya dari jauh. Mungkin karena pandemi telah jauh menurun, objek-objek wisata dibuka, jadi masyarakat tak mau melewatkan kesempatan tersebut.

Di Pantai Gemah disediakan perahu. Tarifnya hanya Rp15 ribu. Para pengunjung dapat diantar menuju pulau kecil yang letaknya agak ke tengah. Tapi kami tak menumpang perahu karena antriannya cukup panjang. Cukup melihat keindahan pantai dan berfoto ria di pasir pantainya yang lembut.

Saat menjelang pulang, teman-teman Q-Tee’ mengajakku untuk naik mobil mereka. Aku setuju. Jadi ketika itu kami terpisah. Mereka naik bus, aku naik mobil. Grupku itu memang tak kehabisan ide untuk memuaskan hasrat travelling. Kami tak langsung pulang ke Surabaya, melainkan memutar menuju Blitar, melewati Kediri.

Perjalanan kami melaju menuju Gunung Kelud. Ditempuh sekitar dua jam setengah. Jalanan lereng gunung naik-turun. Beberapa cukup curam. Harus berhati-hati. Pengemudi harus benar-benar lihai, menguasai mobilnya. Kesiapan mesin mobil pun harus diperhatikan.

Kelompok Q-Tee', empat sahabat semasa kuliah yang berkumpul kembali tak menyia-nyiakan momen dengan berfoto bersama di Lereng Kelud. (Utami Pungky untuk Harian Disway)

Karena lamanya perjalanan, kami sampai ke lokasi wisata Gunung Kelud sudah terlalu sore. Tak berani untuk mendaki sampai ke kawah. Jadi kami hanya berfoto-foto saja di sebuah jembatan. Kanan-kiri kami adalah pemandangan bukit-bukit hijau.

Awan dengan mendung merayap menghampiri Kelud. Kabut turun perlahan, hawa dingin mulai meresap ke pori-pori tubuh. Kami berempat menikmati nuansa gunung yang asri. Aku memang paling suka berwisata ke gunung. Sayang hari telah senja. Kami pun bergegas pulang, kembali melewati Kediri untuk menuju Surabaya.

Saat di Kota Kediri, kami melihat Monumen Simpang Lima Gumul. Monumen khas yang didesain menyerupai Arc de Triomphe di Paris, Perancis. Katanya, pembangunan monumen tersebut terinspirasi dari sosok Prabu Jayabaya, Raja Kediri yang berhasil menyatukan seluruh wilayah kerajaan yang sempat tercerai-berai.

Kami menepikan mobil, lalu turun dan berlari-lari kecil menuju depan monumen. Biasalah, foto-foto dulu. Monumen itu kan ikon Kediri. Setelah puas berfoto, kami bergegas pulang ke Surabaya. Hari sudah senja. Di balik jendela kusaksikan matahari turun dengan rekah jingga merona. Langit membias, biru perlahan memudar menjadi putih sayu.

Menjelang malam, bayangan Kelud masih terlihat gagah. Pesona yang tak bosan untuk dipandang dan dikunjungi. Beginilah harusnya reuni. Menyatukan kawan lama dalam kegiatan wisata bisa merekatkan kebersamaan satu sama lain. (Heti Palestina Yunani-Guruh Dimas)

Tags :
Kategori :

Terkait