Menjadi Netizen yang Santun Bermedia Sosial

Selasa 30-11-2021,13:20 WIB
Editor : Gunawan Sutanto

Status lawan dan kawan akan semakin sulit diidentifikasi. Kalau tidak hati-hati, situasi inilah yang ditunggu oleh pihak-pihak yang berkepentingan untuk melancarkan kepentingannya. Mirisnya, situasi seperti ini sudah sangat sering terjadi di Indonesia. Pihak-pihak yang memiliki kepentingan memanfaatkan situasi gaduh di media sosial untuk memainkan sentimen, utamanya sentimen kebencian yang dapat memecah belah kesatuan. Misalnya saja terkait tagar.

Tagar dalam trending topics tidak lagi menjadi hasil organik dari percakapan netizen di media sosial. Tagar menjadi sarana buatan yang diatur untuk mengakomodasi kepentingan pihak-pihak tertentu. Tentu saja, polarisasi akan muncul sebagai buah dari perang tagar.

Menurut hemat penulis, hal ini dapat terjadi karena masyarakat Indonesia memiliki literasi digital yang masih rendah. Masyarakat Indonesia belum mampu memahami karakteristik dan ‘aturan main’ di dunia maya, khususnya media sosial.

Seringkali netizen menganggap dunia maya hanya sebagai wadah untuk mengungkapkan hal-hal yang tidak dapat diekspresikan di dunia nyata dengan sebebas-bebasnya tanpa batas.

Sikap netizen Indonesia yang tidak sopan ini lama kelamaan dapat menjadi budaya bermedia yang akan sangat merugikan bangsa Indonesia. Oleh karena itu, berbagai pihak perlu bahu membahu untuk memberikan edukasi terkait budaya bermedia yang santun.

Hal ini semestinya tidak hanya dibebankan pada polisi, maupun pemerintah saja. Seluruh masyarakat Indonesia memiliki tanggung jawab yang besar untuk mengembangkan budaya bermedia yang santun.

Literasi digital yang didalamnya juga menjelaskan etika bermedia perlu ditanamkan dari lingkup yang kecil, yaitu keluarga. Institusi pendidikan juga mengambil peranan yang besar dalam proses edukasi ini. Institusi pendidikan perlu melakukan pengawasan dan pendampingan.

Tak hanya itu, mahasiswa sebagai agent of change juga dapat mengambil peran sebagai agen-agen yang mengkampanyekan budaya bermedia yang santun. Mahasiswa dapat mengawalinya dengan mempraktekkan etika bermedia dalam kegiatan berselancar di media sosial masing-masing. Mahasiswa juga dapat membuat kampanye melalui konten-konten positif mengenai budaya bermedia yang santun.

Hal ini sangat penting dan mendesak untuk diimplementasikan. Karena menjadi netizen Indonesia berarti menjadi representasi dari masyarakat Indonesia. Perilaku netizen Indonesia sangat menentukan bagaimana masyarakat dunia menilai Indonesia. Mari menjaga budaya kesopanan dan keramahan Indonesia yang telah diakui dunia, dengan menjadi netizen yang santun. (*)

Oleh: Yohanes Maharso Joharsoyo

Tentang Penulis:

Saya Yohanes Maharso Joharsoyo, mahasiswa program studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Saat ini saya mengambil peminatan studi yaitu media massa digital. Saya sangat tertarik dengan isu media digital yang semakin dinamis. Saya juga menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia Dewan Kota Yogyakarta. Saya terlibat aktif dalam pengawalan isu- isu di tingkat lokal maupun nasional yang memperjuangkan hak-hak kelompok marginal.

Tags :
Kategori :

Terkait