Harian Disway - DULU Aceh sukses, kini Papua memulai. Strategi menghadapi kelompok separatis diganti. Dari mengedepankan kontak senjata, berubah haluan menjadi pendekatan humanis.
Apakah kesuksesan di Aceh akan berlanjut ke Papua?
Sejatinya membandingkan kasus Aceh dan Papua tentu dua hal yang berbeda. Munculnya rekonsiliasi dengan GAM tak lepas dari imbas badai tsunami 2004, yang merenggut 200 ribu nyawa. Saat itu semua pihak fokus pada penanggulangan bencana dan perdamaian. Ada momentum besar.
Inisiator utama perdamaian Aceh dulu adalah Jusuf Kalla (JK), yang kala itu menjabat wakil presiden. Sedangkan pendekatan humanis di Papua adalah strategi Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa dan KSAD Jenderal Dudung Abdurrachman.
Tapi, ada kesamaannya, strategi berubah saat eskalasi bentrok senjata di kedua daerah konflik itu meningkat. Sebelum merangkul GAM, pemerintah pusat menetapkan Aceh sebagai DOM (daerah operasi militer). Aksi kekerasan separatis dihadapi dengan operasi militer secara besar-besaran.
Di Papua pun, walaupun skala kecil dan tidak ada label status DOM, operasi militer dan keamanan juga sedang berlangsung. Statusnya: Operasi penegakan hukum.
Ada operasi Satgas Nemangkawi. Operasi itu merupakan gabungan TNI dan Polri untuk menghadapi kekerasan senjata yang dilakukan separatis (pemerintah memberi istilah KKB/kelompok kriminal bersenjata).
TNI pun mengirim Pasukan Setan pada Mei 2021. Salah satu pasukan andalan TNI yang berasal dari Batalyon 315, bermarkas di Gunung Batu, Bogor. Pasukan itu piawai melakukan operasi dan patroli di hutan. Para prajuritnya dibekali kemampuan sebagai sniper.
Di tengah operasi Nemengkawi kali ini, Andika dan Dudung mengisyaratkan perubahan strategi. Setelah dilantik Presiden Jokowi, dalam hitungan hari, keduanya menegaskan untuk melakukan pendekatan militer yang humanis.
Dudung pun meminta anak buahnya agar merangkul para kelompok kriminal bersenjata di Papua.
Mantan Pangdam Jaya itu langsung ke Papua setelah memegang tongkat komando KSAD. Begitu pentingnya Papua. Itu adalah kunjungan pertama dengan jabatan barunya tersebut. ”Jangan sampai sedikit pun untuk berpikir KKB adalah musuh kita. Mereka adalah saudara kita yang belum paham NKRI,” ujarnya di tengah prajurit Kodam Cenderawasih.
Andika pun mengisyaratkan hal yang sama. Saat bertemu Wapres Ma’aruf Amin pun, Andika menjelaskan strategi barunya itu. Juru Bicara Wapres Masduki Baidlowi mengakui akan ada perubahan penanganan Papua setelah pertemuan tersebut.
Strategi itu tentu mengejutkan bagi sebagian kalangan. TNI melakukan perubahan strategi di tengah aksi KKB yang makin berulah.
Dalam satu tahun terakhir ini, gerombolan KKB beberapa kali melancarkan serangan ke kantor polisi dan TNI. Juga, meneror warga sipil, seperti beberapa tugas medis yang menjadi sasaran.
Salah seorang korban dari ulah KKB adalah Kepala BIN Daerah Papua Brigjen I Gusti Putu Nugraha yang gugur setelah baku tembak. Saat itu rombongan BIN dan Polri dihadang di kawasan Puncak, Papua.