Wajah anak-anak disabilitas asuhan Liponsos Kalijudan terlihat cerah, siang kemarin (2/12). Mereka sedang merayakan Hari Internasional Disabilitas 2021. Mengundang berbagai komunitas untuk diajak bermain bersama. Mulai dari main musik, dolanan tradisional, hingga berlatih membuat kerajinan tangan.
---”....Mungkin nasib ini…Suratan tanganku…Harus tabah menjalani”. Lirik lagu Bintang Kehidupan karya Nike Ardila itu dinyanyikan secara semangat oleh Siti Zahro Ulfa Mutiara. Perempuan 17 tahun itu duet dengan Wakil Wali Kota Surabaya Armuji. Siti yang nyanyi, Cak Ji yang nggitari.
Duet dadakan itu berhasil memecah suasana. Disambut tawa bergemuruh oleh teman-teman Siti. Ya, Siti merupakan satu dari 50 anak disabilitas asuhan Liponsos Kalijudan. Kemarin mereka berkumpul dengan mengenakan kaus putih yang unik. Dengan gambar emoticon berbeda-beda.
Usai buyarnya duet singkat itu, mereka semua berkumpul di halaman tengah. Dibebaskan bermain. Namun, bukan permainan modern. Mereka justru bermain permainan tradisional.
Alat-alatnya disediakan dari Kampung Dolanan. Mulai dari tali untuk permainan tarik tambang, egrang, tek-tek, gasing, hula hoop, hingga karung untuk balap karung. ”Ya, kami senang diajak untuk menghibur teman-teman di sini,” kata Pendiri Kampung Dolanan Mustofa Sam.
SUKARELAWAN disabilitas berkarya Adelya Agustin (kiri) mengajari Marvin membuat gelang tali di UPTD Kalijudan kemarin (21/12/2021) (Foto: Eko Suswantoro-Harian Disway)Waktu dolanan hanya satu jam. Setelah itu, mereka istirahat untuk makan. Di sana juga disediakan beberapa stan makanan. Ada yang menyajikan es puter hingga rujak buah. Semua makanan itu disediakan untuk semua yang hadir.
Usai istirahat dan makan, acara berlanjut lagi. Gilirannya, main ”serius”. Kali ini pembinanya dari Komunitas Bra-Bro Surabaya. Yakni perajin gelang dari tali parakot. Mereka dilatih untuk menganyam tali tersebut menjadi sebuah gelang. Yang nantinya dipakai untuk mereka sendiri.
Dari sekian banyak yang berlatih itu, lagi-lagi Siti yang cukup menonjol. Para pembina cukup mengajarinyi dalam waktu singkat. Kemampuan menganyam Siti pun cukup baik. Meski hasil anyamannyi masih belum rapi.
Yang lain ada lagi, namanya Marvin. Bocah 12 tahun yang gagap bicara itu ternyata juga bisa belajar dengan cepat. Meski butuh waktu yang lama untuk menganyam, tetapi hasilnya sangat rapi. Tali parokat merah yang dianyamnya berhasil menjadi gelang yang bagus.
”Ini sudah lumayan bagus hasilnya,” kata pendiri Komunitas Bra-Bro Iyuz Purnama. Iyuz juga sama seperti Mustofa Sam. Ia sangat senang diajak bergabung untuk memeriahkan acara tersebut. Menurutnya, menganyam bisa menjadi semacam terapi bagi anak-anak disabilitas.
Sebab, menganyam adalah pekerjaan yang membutuhkan fokus, detail, dan telaten sekaligus. Sehingga bisa menyeimbangkan kinerja otak dengan motorik fisik. Dan itu merupakan latihan yang penting, terutama bagi para autis.
”Pokoknya hari ini semacam Lebaran untuk mereka,” kata Eko Doto Nugroho. Ia merupakan Co-Founder Komunitas Disabilitas Berkarya. Yang tak lain juga sebagai ayah asuh bagi 50 anak disabilitas Liponsos Kalijudan.
ANAK-ANAK disabilitas di UPTD Kalijudan diajak bermain tarik tambang untuk mengenalkan kepada permainan tradisional. (Foto: Eko Suswantoro-Harian Disway)Eko memilih tema acara itu Seru Hore. Sebab, ingin menghadiahkan keceriaan bagi anak asuhnya di hari istimewa mereka. Untuk itu, ia menggandeng dua komunitas itu. Sebagai bentuk dukungan bersama untuk mereka.
Di luar acara itu, Eko selalu menemani hari-hari mereka. Setiap Rabu, misalnya, ada kegiatan membatik. Dan latihan fotografi bersama di akhir pekan. Keduanya sama-sama melatih fokus dan memperbaiki motorik.
”Jadi kebutuhan mereka terpenuhi di kegiatan-kegiatan itu,” katanya. Sejauh ini, Eko tak menjumpai kesulitan yang berarti. Sebab, ia melakukan segalanya dengan hati. Memang benar-benar dengan rasa cinta.