Di rumah, istri dan ibunya menyambut Nasrudin. Mereka menangis bahagia. Sejak itulah Nasrudin merasa keyakinannya untuk bekerja sepenuhnya menjadi pelukis telah terjawab. Ia pun semakin tekun melukis kaligrafi, kemudian berpindah menjadi objek ikan arwana. “Tapi sampai saat ini saya juga masih mengerjakan pesanan-pesanan kaligrafi,” ujarnya.
Dengan karakter ikan arwana, nama Nasrudin semakin dikenal dan ia pun memiliki banyak relasi kolektor dari dalam dan luar negeri. Karyanya selalu ditunggu-tunggu dan tiap selesai mengerjakan karya baru, Nasrudin memberitahukannya pada kolektor relasinya tersebut. “Kalau melukis saya otodidak. Hanya belajar dari beberapa perupa saja. Setelahnya saya kembangkan sendiri,” tutur pria asli Sidoarjo itu.
Ikan arwana memiliki filosofi sebagai ikan yang tenang, selalu bergerak, melawan arus untuk tetap hidup, serta cermat dalam memburu mangsanya. Induk arwana juga merupakan orang tua yang baik bagi anak-anaknya. “Arwana biasa menyimpan telur-telur dalam mulutnya hingga anak-anak ikan menetas dalam mulutnya tersebut,” terangnya.
Lukisan berjudul Harmoni karya Nasrudin.(foto: Rizal Hanafi-Harian Disway)
Baginya, melukis dapat bermanfaat mengikis sikap temperamentalnya. “Saya dulu sangat emosian. Mendengar pesepeda motor bersuara keras lewat di depan rumah saja langsung saya kejar dan saya hajar,” ujarnya. Sifat itu juga berdampak buruk bagi hubungan dirinya dan masyarakat. Namun dengan melukis, perlahan-lahan sikap itu luntur dari dirinya. “Ketika melukis saya banyak merenung. Mengapa saya begitu pemarah? Bisakah saya terbebas? Dan dari melukis pula saya bisa instrospeksi diri dan mengubah karakter,” ungkapnya.
Bahkan, saat ini Nasrudin begitu terbuka dan supel dalam lingkungan masyarakatnya. Ia juga memiliki sifat ngemong. Baik pada anak-anaknya maupun anak-anak lain. Karena ia begitu gemar bermain layang-layang, sehingga banyak bergaul dengan anak-anak usia SD.
Namun hingga kini profesi melukis masih dipandang miring oleh masyarakat sebagai profesi yang tak menjanjikan. Sering kali pandangan itu tertuju pula pada Nasrudin. Namun dengan kemampuannya, ia membalik anggapan itu. “Saya sebenarnya tak pernah gembar-gembor sebagai pelukis. Orang lain akan tahu dengan sendirinya. Sampai sekarang pun banyak yang ragu kalau profesi saya bisa menghidupi keluarga. Yang penting saya jalani dan saya sudah membuktikannya,” ucapnya. (Guruh Dimas Nugraha)