PEREMPUAN 21 tahun berinisial TF adalah seorang pekerja migran di Nigeria. Dia pulang ke Indonesia pada 27 November lalu. Kemudian harus menjalani isolasi di Wisma Atlet karena hasil tes usap PCR-nya positif.
TF dinyatakan negatif lalu diperbolehkan pulang ke daerahnyi. Namun, siapa sangka si TF lah yang diduga kuat membawa varian Omicron. Itu seusai tim Kemenkes menelusuri seluruh pasien di Wisma Atlet. Terutama yang melakukan isolasi sejak 24 November hingga 3 Desember.
Penelusuran itu memakai tes PCR Spike Gene Target Failure (SGTF). Ada sekitar 169 pasien positif. Spesimen mereka dites ulang dengan metode tersebut. Hasilnya, hanya TF yang suspek Omicron. Sisanya aman.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kemenkes Siti Nadia Wiweko mengatakan, penelusuran tersebut digencarkan sejak 16 Desember. Tepat saat lelaki berinisial N dinyatakan terpapar Omicron. ”Dugaan kuatnya si N ini tertular si TF,” ungkapnyi kemarin (20/12).
Apalagi si N tersebut merupakan petugas kebersihan Wisma Atlet. Tidak pernah traveling ke luar negeri. Artinya keterpaparannya jelas tertular oleh pasien di Wisma Atlet. Saat ini ia pun masih menjalani isolasi. Kondisinya masih tanpa gejala.
Menurut Nadia, terdeteksinya Omicron kali pertama itu adalah bukti pentingnya karantina bagi siapa pun yang datang dari luar negeri. Agar Satgas bisa melakukan penelusuran secara lebih intensif. Di Wisma Atlet, katanyi, selalu rutin dilakukan tes usap PCR.
Baik bagi pasien isolasi, yang karantina, maupun para petugas. Sehingga persebaran varian baru bisa dicegah sedini mungkin. Yang terdeteksi pun langsung mendapat penanganan intensif langsung dari petugas. “Omicron terdeteksi itu juga bukti keberhasilan dari karantina,” jelasnyi.
Epidemiolog Windhu Purnomo memastikan bahwa tes PCR SGTF terhadap spesimen si TF memang positif. Itu menandakan bahwa si TF memang pernah terpapar Omicron. Namun, hasil yang lebih pasti harus dilakukan whole genome sequencing (WGS).
“WGS si TF ini belum keluar. Mungkin besok,” jelasnya. Saat ini terdapat 14 pasien Wisma Atlet yang positif setelah dtes PCR SGTF. Bahkan, di antaranya ada yang pulang jalur laut dan menyambung ke jalur darat. Misalnya melalui perbatasan Entikong, Kalimantan Barat.
Dari situ, kata Windhu, sebaiknya upaya 3T harus benar-benar dimasifkan. Fokus pada wilayah-wilayah perbatasan. Testing harus diperbanyak. Semakin banyak yang terdeteksi maka akan semakin cepat penanganannya. Sehingga persebaran virus bisa diminimalkan.
Mengingat Omicron juga punya daya tular lebih cepat. Lima kali lipat dari Delta. Bahkan kini telah menyebar ke 95 negara. Di Denmark terdeteksi hampir 12 ribu pasien. Jerman baru 314 pasien. Sedangkan, Afrika Selatan sekitar 1.400 pasien. Sedangkan, di Indonesia masih 3 pasien dan kemungkinan lebih banyak lagi. “Di Inggris itu tesnya banyak. Itu bagus. Ada sekitar 25 ribu yang positif Omicron,” ungkapnya. (Mohamad Nur Khotib)