Sampai sekarang, sutaradara film Kadet 1947 Rahabi Mandra tak bisa menyembunyikan rasa sukanya karena antusiasme masyarakat terhadap filmnya.
Sejak pekan pertama penayangan saat dirilis pada 25 November 2021, film yang telah memenangkan penghargaan JAFF Indonesian Screen Awards 2021 dalam kategori film terbaik dan sutradara terbaik itu memang menuai pujian postif.
Pun ketika digelar nonton bareng di Surabaya bersama Perlima, 17 Desember lalu. Abi -panggilan Rahabi- tak mengira publik Surabaya begitu mengapresiasi filmnya. Di depan publik yang ditemuinya langsung itulah, Abi selalu berbagi kisahnya. Agar semua orang tahu bagaimana susahnya film itu dibuat.
Sebagai salah satu sutradara dan penulis skenario film Kadet 1947, film itu memang dilakoninya dengan serius sejak awal. Semula Abi membuat skenario setebal 98 halaman.
Dalam proseS, naskah itu dipangkas menjadi 70 halaman saja. Versi yang lebih ringkas. Agar lebih mewakili bagaimana kisah para kadet ini akan ditampilkan. Ada karakter-karakter yang tadinya hadir dalam film ini, pada akhirnya harus digugurkan demi memberikan ruang untuk para kadet.
Kata Abi, tujuh orang kadet dalam film ini adalah nyata. Masing-masing ditampilkan secara utuh. ”Menjadi satu tantangan tersendiri ketika satu tokoh harus muncul dengan setiap konfliknya,” ujarnya.
Memiliki tujuh tokoh utama tidaklah mudah, terutama ketika harus menjahit setiap detil kisahnya dalam jalinan utuh.
Untuk membuat film ini lebih hidup, diperlukan tambahan visual efek yang luar biasa. Kurang lebih ada 400 visual efek yang ditambahkan dalam film ini.
Satrya Mahardhika, yang bertindak sebagai visual effect supervisor, bersama tim bekerja sangat baik. Untuk menampilkan berbagai detail yang diperlukan dalam film ini.
Seperti saat ketika pesawat terbang di angkasa. Atau ketika terjadi ledakan-ledakan yang harus terlihat nyata. Itu tidak lepas dari proses riset yang dalam. Tim telah banyak sekali melihat dan mencari pembanding bagaimana pesawat-pesawat tersebut terbang, lepas landas, serta manuver.
Referensi diambil dari video klip asli, juga diambil dari film sebagai pembanding. ”Sangat penting untuk membawa gerakan-gerakan, mengambil sudut dan aksi yang menarik,” paparnya.
Adegan menara air yang jatuh adalah adegan yang paling sulit ditampilkan sempurna dengan proses CGI. Awalnya dibangun menara air yang sebenarnya. ”Belakangan disempurnakan dengan visual efek,” imbuhnya.
Berkali-kali proses CGI diulang sampai didapatkan hasil yang sempurna. Adegan ini paling pertama dikerjakan dan menjadi yang terakhir diselesaikan agar mendapatkan efek yang luar biasa.
Hal menarik lainnya adalah mengemas dialog dalam film. Tadinya Abi ingin menyisipkan pemakaian bahasa Jawa dalam adegan-adegannya. Namun, setelah berkali-kali dilatih dan dicoba pengucapannya, Abi masih merasa kurang.
Padahal beberapa orang Jawa asli sudah diminta mendengarkan hasil latihan para aktor. Tapi mereka belum bisa mendapatkan aksen medok Jawa yang pas.