Pre-Launching Disway National Network Bersama Menko Luhut (2-Habis)

Rabu 12-01-2022,05:50 WIB
Editor : Redaksi DBL Indonesia

Ongkos berobat ke luar negeri orang Indonesia mencapai Rp 161 triliun per tahun. Sebagian besar mengalir ke Singapura dan Malaysia. Pemerintah ingin mengambil potensi itu dengan membangun rumah sakit (RS) Internasional di Medan, DKI Jakarta, dan Bali.

--

MENKO Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan memperlihatkan data yang dirilis Bank Dunia pada 2018. Data itu disaksikan secara virtual oleh 220 pimpinan 200 media yang tergabung dalam Disway National Network (DNN), Senin (10/1).

Sebanyak 60 persen turis medis Malaysia berasal dari Indonesia. Sementara Singapura mencapai 45 persen. “Gila pak itu angkanya,” kata Luhut kepada Founder Harian Disway Dahlan Iskan yang duduk di sampingnya. “Kalau kita tutup dua tahun ini tidak berobat, Singapura itu bengek juga,” lanjut Duta Besar Indonesia untuk Singapura (1999-2000) itu.

Singapura menduduki peringkat pertama dalam efisiensi sistem pelayanan kesehatan di ASEAN. Hal itu terungkap dari laporan Future Health Index yang dikeluarkan platform penelitian perusahaan internasional Philips.

Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Septian Hario Seto menerangkan, kualitas pelayanan kesehatan Indonesia masih kalah jauh. Dari sisi kuantitas, sebaran RS juga belum merata. “Semua terpusat di Jawa,” katanya.

Ada 2.665 RS di Indonesia. Sebanyak 1.276 ada di Jawa. Jumlah dokter Indonesia juga masih minim. Yakni 4 dokter dari 10 ribu penduduk. Kalah jauh dengan Jepang yang mencapai 111 dokter per 10 ribu penduduk.

Sedangkan jumlah bed-nya hanya 12 bed dari 10 ribu penduduk. Kalah lagi dengan Jepang yang mencapai 131 bed per 10 ribu penduduk. “Dengan angka itu, sistem layanan kesehatan Indonesia memiliki ruang untuk berkembang,” ujar Alumnus Akuntansi Universitas Indonesia (UI) itu.

Urusan kesehatan hanya menyumbang 2,9 persen dari total Produk Domestik Bruto (PDB) nasional. Angka itu dinilai masih sangat kecil.

Kemenko Marves sudah memetakan jenis pelayanan medis yang sangat dibutuhkan. Ada 4 penyakit yang angkanya lebih dari seribu kasus. Yakni jantung (13.041), kanker (2.452), stroke (2.127), dan gagal ginjal (1.763)

Kasus itu terus tumbuh seiring peningkatan PDB. Saat gaya hidup berubah, empat penyakit itu makin tinggi angkanya. “Kalau tidak melakukan reformasi pelayanan kesehatan sekarang, ini akan jadi masalah ke depan,” lanjut pria 38 tahun itu.

Yang harus ditambah adalah RS yang punya center of excellence (CoE). Jumlahnya masih sangat minim.

Ia memaparkan data bahwa Indonesia hanya punya tiga RS khusus jantung. Yakni Pusat Jantung Nasional Harapan Kita dan dua rumah sakit milik Hasna Medika. Padahal jumlah pasien jantung di Indonesia sangat tinggi. Biasanya mereka berobat ke Malaysia dan Singapura.

PRESIDEN Jokowi saat groundbreaking Bali International Hospital di Sanur, Bali. 

RS khusus kanker atau onkologi juga hanya 2. Yakni RS Kanker Dharmais di Jakarta dan RS Ongkologi Surabaya. “Yang di Surabaya spesialis ongkologinya juga cuma 12 orang,” katanya.

Tags :
Kategori :

Terkait