Tiga Alutsista TNI-AL Jadi Monumen di Madiun

Senin 17-01-2022,04:00 WIB
Editor : Noor Arief Prasetyo

SEMUA alat utama sistem pertahanan (alutsista) itu sudah tidak lagi terpakai. Sudah lama pensiun. Dulu menjadi salah satu alat perang TNI-AL yang paling mematikan. Untuk menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Kini alat perang itu dijadikan monumen di Kabupaten Madiun. Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Yudo Margono meresmikan monumen itu kemarin (16/1) di Taman Kota Caruban Asti, Kabupaten Madiun.

Monumen itu dibangun Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut (Lantamal) V Surabaya. Monumen tersebut adalah pesawat Nomad N-24 P-843 dan ranjau tanduk, tank amfibi PT-76 Korps Marinir TNI-AL, serta meriam M-30 Howitzer 122 MM. 

Semua alutsista tersebut pernah digunakan untuk berbagai operasi dan latihan TNI-AL. Termasuk pada operasi-operasi perjuangan yang tercatat dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia.  

”Pembangunan monumen ini untuk sarana edukasi. Sekaligus menumbuhkan jiwa patriotisme serta nasionalisme pada generasi muda,” kata KSAL Laksamana TNI Yudo Margono.

Pesawat patroli maritim Nomad N-24 yang menjadi monumen di Taman Kota Caruban Asti merupakan unsur yang digunakan sebagai kepanjangan mata dan telinga dari KRI TNI-AL.

Pesawat dari jajaran Puspenerbal itu merupakan pesawat buatan Australia pada 1984. Memiliki panjang 14,34 mete dan lebar 16,53 meter. Pesawat itu menyelesaikan masa baktinya di TNI-AL pada 2012.

Sementara itu, tank amfibi PT-76 yang berada di lokasi exit toll Dumpil merupakan kendaraan lapis baja buatan Uni Soviet pada 1951. Masuk jajaran TNI-AL pada 1964.

Tank amfibi itu telah digunakan Korps Marinir TNI-AL pada berbagai operasi. Mulai operasi Dwikora di Kalimantan sejak 1964 sampai 1965 hingga Operasi Seroja di Timor Timur pada 1975 hingga 1979. Termasuk operasi pemulihan keamanan di Aceh pada 2002 sampai 2005.

Lalu, meriam M-30 Howitzer yang diletakkan bersama tank merupakan buatan Uni Soviet 1939. Memiliki kaliber 122 milimeter. Senjata itu mampu memukul lawan dari jarak 11,8 kilometer.

Senjata artileri medan yang juga digunakan Korps Marinir TNI-AL sejak 1961 itu telah melewati berbagai operasi seperti Trikora, Dwikora, dan Seroja. (Penerangan Lantamal V/Michael Fredy Yacob)

Tags :
Kategori :

Terkait