PARA pekerja migran sudah boleh pulang sejak Sabtu (22/1). Di hari pertama, 127 orang pulang dari Malaysia. Dari jumlah itu, 2 orang dinyatakan positif Covid-19. Sebanyak 122 orang lainnya dikarantina di Asrama Haji Sukolilo.
”Di hari pertama, ada 3 orang yang menjalani perawatan di RSU Haji,” ungkap Ketua Satgas Covid-19 Jatim dr Joni Wahyuhadi saat menghadiri rakor penanganan Covid-19 Jatim di Grand City kemarin (24/1). Tiga orang itu menderita komorbid berbeda-beda. Ada yang sakit jantung, stroke, serta gagal ginjal dan hepatitis.
Dua dari tiga orang itu dinyatakan meninggal sore kemarin. Satu orang meninggal akibat komorbid hepatitis. Satu lainnya meninggal akibat komorbid gagal ginjal disertai positif Covid-19. Tapi, bukan varian Omicron. Varian Covid-19 biasa.
Namun, identitas pasien belum dibeberkan. Yang meninggal akibat hepatitis itu berasal dari Lamongan. Merupakan pekerja migran dari Malaysia. Ia pulang bersama istrinya. ”Yang satunya belum diketahui,” lanjut Joni.
Sementara itu, Harian Disway memantau ke tempat karantina pekerja migran di asrama haji kemarin. Penjagaan lebih ketat daripada tahun sebelumnya. Tempat karantina dibagi menjadi tiga zona. Setiap zona disekat dengan pagar seng.
”Ini instruksi dari pemerintah pusat langsung. Kita hanya menjalani,” ujar Kepala UPT Asrama Haji Sugianto saat ditemui di kantornya. Sistem karantina diperketat dalam rangka meminimalkan penularan. Apalagi, sekarang sedang tren varian Omicron.
Petugas yang menjaga pun sudah berganti. Tahun lalu dari personel BPBD Provinsi Jatim dan satpol PP. Kini dijaga personel TNI. Di setiap zona ada 8 personel TNI yang berjaga 24 jam. Penjagaannya sangat ketat. Bahkan, membuka pintu sekat seng saja tidak boleh.
Itu sangat jauh berbeda dengan sistem karantina sebelumnya. Dulu masih bisa terlihat para pekerja migran yang mondar-mandir dan keluar masuk kamar. Namun, sekarang begitu senyap. Semuanya tidak boleh keluar kamar jika tidak ada keperluan mendesak.
Sistem karantina memakai bubble. Setiap rombongan yang datang pada hari yang sama dikumpulkan pada satu zona. Tidak dicampur aduk seperti dulu lagi. Hal itu dilakukan karena beberapa alasan.
Pertama, agar mudah mengoordinasi kepulangan para pekerja migran. Kedua, mencegah penularan dari kluster yang lain. Ketiga, tidak ada lagi para pekerja migran yang kabur dari tempat karantina.
”Tapi, sekarang kami juga menyediakan berbagai fasilitas hiburan,” lanjut Sugianto. Di antaranya, sudah disediakan 92 unit televisi dan akses internet dengan wifi. Juga, ada sesi coffee break setiap hari.
Dengan demikian, yang dikarantina tidak jenuh lagi sehingga membuat mereka nekat berkeliaran hingga kabur.
Sugianto optimistis dengan sistem yang baru itu, karantina bakal berlangsung maksimal. Tidak akan ada lagi kasus pekerja migran yang kabur. Toh, selain itu, masa karantina juga diperpendek. Yang sebelumnya selama dua minggu menjadi 7 hari saja. ”Kalau tahun lalu, karantina dinilai 60 persen gagal. Sekarang insya Allah bisa berhasil dengan sistem yang baru ini,” jelasnya.
Sementara itu, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa juga menambahkan. Dia minta agar kepulangan para pekerja migran diatur setiap pemerintah kabupaten/kota. Terutama bagi daerah yang punya banyak pekerja migran. Misalnya, Pulau Madura, Lumajang, Kediri, dan Lamongan. ”Saya lihat bus yang dipakai menjemput itu bagus. Tolong ini dipertahankan. Jangan dikurangi kualitas layanannya,” jelasnyi. (Mohamad Nur Khotib)