Selain dari Webtoon, Vanya suka membuat sketsa-sketsa figur anime Jepang dan Korea dalam garis-garis hitam-putih. Itu dilakukannya setelah dirasa mampu menguasai gambar manual. Utamanya pada proporsi anatomi figur.
Baru dia berani merambah teknik melukis digital. Untuk menambah skill, dia mencari aplikasi melukis digital di internet. Ketemulah ibis Paint X yang dianggapnya paling cocok.
Meskipun merasakan kemudahan, namun menggambar dengan aplikasi digital tak semudah yang dibayangkan. Seorang kreator digital dituntut untuk memiliki kemampuan gambar manual.
”Tools-tools di ibis Paint X sangat memudahkan semua orang saat menggambar digital. Tapi tanpa menguasai teknik menggambar manual dulu ya susah juga,” ungkap sulung dua bersaudara itu.
Terkait pewarnaan misalnya, meskipun mudah, namun kreator gambar digital harus memahami teknik percampuran, penguasaan gelap-terang, dan lain sebagainya. Itu hanya perlu dipelajari dengan menggambar manual.
Maka Vanya menyarankan untuk melatih kemampuan manual agar semakin mudah mengoperasikan tools-tools dalam aplikasi digital apa pun yang dipakai.
Jujur, bila diminta memilih antara keduanya -manual atau digital, Vanya ternyata lebih merasa mudah dengan melukis digital. ”Paling enggak, karena kalau ada salahnya bisa di-undo. Kalau manual, salah sedikit harus diulang,” ujarnya.
Namun meskipun melukis digital dianggapnya lebih mudah, Vanya tak hendak berhenti melatih kemampuannya dalam melukis manual. Malah belakangan ini dia sedang giat mencoba teknik arsiran dengan menggunakan pensil.
Salah satunya bisa dilihat dalam karyanya yang berjudul Jinjin of Astro. Figur salah satu member boygroup itu digambarnya dengan teknik gelap-terang yang cermat. Paduan arsiran dan pencahayaan pada bola mata.
Bayang sisi gelap ditempatkan pada bagian kanan wajah figur. Vanya memberikan sentuhan arsiran yang sedikit menajam pada bagian itu. ”Jinjin of Astro adalah karya gambar manual saya yang terbaru,” ujarnya.
Karya-karya lama Vanya dengan teknik manual masih tetap rapi disimpannya. Ada Kehangatan dan Chloe Battenberg. Karya-karya lama digital contohnya ada Mai Sakurajima dan Kebahagiaan Musim Panas.
Dalam Kebahagiaan Musim Panas, Vanya menuangkan pikirannya tentang makna kebahagiaan. Bagi remaja sepertinya, salah satu kebahagiaan itu sederhana saja: masa libur sekolah. Saat dia bisa berkunjung ke berbagai tempat dan mendapat kebebasan tanpa harus dikejar-kejar tugas.
”Sebelum berkarya, saya memang membayangkan berlibur ke suatu tempat yang indah pada musim panas yang cuacanya cerah. Itu saja sudah membahagiakan,” ungkap putri pasangan Lim Harlim Setiadarma dan Go Tuti Utavia itu.
Sementara Kehangatan dihasilkan setelah Vanya terpukau pada dua figur. Sepasang pria dan wanita dalam komik Webtoon. ”Ceritanya si perempuan kedinginan. Lalu yang laki-laki memberikan mantel biar hangat. So sweet kan,” ujarnya.
Buat Vanya, berkarya tak lain bentuk representasi dari ide, imajinasi, atau latar belakang pelukisnya. Karena itu Vanya tak hanya fokus mengasah teknik namun ia ingin lebih tahu banyak hal agar bisa berkarya dengan baik. Tentu saja mengasah teknik melukis yang beragam akan dipelajarinya untuk membuat karyanya lebih berkembang.
Satu lagi, sekolah tetap nomor satu. ”Tugas sekolah banyak banget. Tapi itu akan saya prioritaskan dulu. Tak masalah kalau cuma bisa melukis saat waktu luang. Atau bisa menyelesaikan satu lukisan dalam seminggu. Yang penting saya meninggalkan melukis,” tegasnya. (Heti Palestina Yunani-Guruh Dimas)