Harta yang paling berharga adalah keluarga. Prinsip itu juga dianut oleh Teguh Kinarto. Berbagai momen dibuat Teguh untuk mengumpulkan keluarga. Hal yang mulai sulit dilakukan di keluarga pengusaha lainnya.
----
TEGUH adalah guru bagi anak-anak, menantu, dan pegawainya. Sesuai nama Tionghoanya, Dai Jiao Qi (戴教奇), yang artinya kurang lebih: guru yang unik dan extraordinary. Ia mengajari orang-orang dengan cara-cara yang luar biasa. "Papa selalu menjelaskan alasan di balik langkah yang diambil," kata Eddy Tjawinoto, menantu Teguh Kinarto.
Lulusan The Ohio State University itu mengatakan, cara berpikir Teguh sangat memengaruhi cara berpikir anak-anak dan pegawainya. Teguh juga sangat detail untuk urusan pekerjaan. Meskipun sudah menyatakan pensiun, kenyataannya Teguh masih bekerja setiap hari. Apalagi rumahnya menyatu dengan kantor. Dari ruang kerjanya langsung terhubung dengan ruang keluarga.
Bagi Teguh, Eddy adalah menantu yang baik. Di depan menantunya itu, Teguh tidak segan memuji. Eddy dan Devina bertemu di Tiongkok. Saat sama-sama belajar Bahasa Mandarin.
Semua anak-anak Teguh menjalankan perusahaan di bawah Podo Joyo Masyhur Group. Mereka adalah Costaristo Tee (戴永官/Dai Yong Guan), Devina (戴秀清/Dai Xiu Qing), Ganitra (戴永文/Dai Yong Wen), dan Natalia Irena Tee (戴秀英/Dai Xiu Ying). Dari empat anak itu, lahir tujuh cucu.
Kepada anak-anaknya, Teguh mengajarkan kedisiplinan. Salah satunya soal waktu. Devina menceritakan, suatu ketika Teguh sekeluarga berencana pergi. Waktunya sudah ditentukan. Jam 08.00 tet. Artinya, jam 08.00 itu sudah harus pergi, bukan baru kumpul. "Kalau ada yang terlambat lima menit saja, acara bisa batal. Kalau pun tetap pergi, Papa tidak mau ikut lagi," kata Devina. "Awalnya ya tidak nyaman untuk sekali, dua kali, tiga kali. Tapi setelah 50 kali, suasana menjadi nyaman karena semua sudah disiplin waktu," imbuhnya.
Untuk pendidikan, Teguh sebenarnya memberikan kebebasan kepada anak-anaknya. Namun mereka lebih memilih bisnis. Costaristo adalah lulusan IBMT Surabaya. Devina belajar bisnis di Australia. Ganitra adalah alumnus Indonesia European University (IEU) Surabaya. Sedangkan si bungsu Irena lulusan Babson College, Amerika Serikat.
Keluarga adalah nomor satu bagi Teguh. Ia selalu berusaha mengondisikan untuk digelar pertemuan keluarga. Setiap Minggu, anak-anak dan cucu-cucu berkumpul di rumah Teguh. Dalam 2-3 tahun terakhir pertemuan keluarga begitu disiplin dilaksanakan oleh Teguh. "Kami anak-anaknya hampir tidak pernah bolos. Di acara itu kami duduk makan bareng dan membahas atau sharing apa saja, baik business atau pun urusan keluarga," ujar Eddy yang juga duduk di jajaran direksi perusahaan.
Penekanan Teguh, kata Eddy, lebih ke ngobrol-ngobrolnya. Terasa gayeng sekali. Tujuannya adalah supaya kekerabatan dalam keluarga ini tetap terjaga dan terjalin. Dan otomatis kesinambungan perusahaan keluarga juga terjaga.
Eddy menceritakan tradisi kumpul keluarga itu ke seorang pengusaha besar di Surabaya. Pengusaha itu pun terkagum-kagum. "Beliau bilang mengondisikan untuk perusahaan keluarga bisa berkesinambungan turun-temurun itu sulit, karena keluarga semakin berkembang semakin jarang berkumpul. Tapi ternyata di keluarga Pak Teguh bisa dikondisikan untuk kumpul terus," kata Eddy.
HARTATI Tjahjono, istri Teguh Kinarto, bersama putri dan menantu.-Dokumentasi Keluarga-
Saat perayaan Imlek lalu, keluarga inti Teguh berkumpul. Dengan baju serba merah mereka makan bersama. Dimulai dengan bersama-sama mengaduk yee sang atau yu sheng (鱼生; Pinyin). Itu semacam salad ikan segar ditambah irisan halus sayuran seperti wortel dan lobak. Daging ikan yang dipakai adalah irisan ikan tuna atau ikan salem yang sebelumnya sudah direndam dalam campuran minyak wijen, minyak goreng, dan merica.
"Itu tradisi Imlek. Melambangkan kemakmuran," timpal Devina.
Sebenarnya yu sheng berasal dari etis Tionghoa di Singapura. Setiap perayaan Imlek, acara makan-makan selalu dimulai dengan yu sheng. Menu lain yang tidak boleh ketinggalan adalah siu mie atau mie panjang yang melambangkan panjang umur.
Teguh kini juga semakin aktif dalam kegiatan sosial. Ia aktif di berbagai organisasi nirlaba, antara lain menjadi ketua Life and Business Club, ketua REI Jatim, ketua Paguyuban Tulang Rusuk Surabaya, ketua Himpunan Alumni Ma Chung, wakil ketua penasihat Kadin Jatim, dan wakil gubernur II Lions Club Wilayah 307.