Meski tinggal di Rusia, Vlad menyebut dirinya sebagai ”Anak Segala Bangsa”. Ia mencintai semua orang dan bergaul dengan siapa saja, tak peduli ras, warna kulit dan lain-lain. ”Prinsip saya adalah: saya mencintai mereka dan kamu, saya mencintai siapa saja. Mari bangun kehidupan dengan cinta,” serunya.
Vlad menggemari kebudayaan dari berbagai negara. Mulai dari Tiongkok hingga Indonesia. Ia pernah mengunjungi kedua negara tersebut selama beberapa tahun. Pernah pula berkunjung ke berbagai negara lain.
Namun, ia menjatuhkan rasa cintanya terhadap Indonesia, karena kebudayaan di negara tersebut begitu menarik minatnya. ”Khususnya kesenian wayang. Selama di Rusia, saya aktif menggalakkan ’Diplomasi Wayang’. Sebab, kisah dalam wayang sering memberi jawaban atas banyak permasalahan. Termasuk suasana perang saat ini di Ukraina,” tuturnya.
Ketika di Indonesia, Vlad kerap mengunjungi Bogor dan beberapa daerah di Jawa Barat. Di sana ia mendalami tradisi Sunda, terutama wayang golek. Ia menemukan berbagai karakter wayang dan belajar tentang filosofinya.
”Saya tertarik dengan karakter tokoh Cepot. Sosok yang riang, suka bercanda, mudah bergaul dan tidak punya musuh. Ia juga karakter cinta damai,” ungkapnya.
Lukisan tentang Cepot itu di antaranya berjudul Matryoshka dan Cepot. Gambaran penggabungan budaya Rusia (Matryoshka) dan budaya Indonesia (cepot). ”Ada kesamaan Matryoshka dan Cepot. Sama-sama jomlo,” paparnya.
Seperti Cinta Ibu Mendamba Perdamaian, karya-karya Vlad yang lain bercirikan penggabungan antara berbagai kebudayaan yang selalu lekat dengan karakter khas Indonesia.
Misalnya lukisan berjudul Dewi Sri Berbincang dengan Matryoshka yang menggabungkan karakter Dewi Sri dalam mitologi Jawa serta boneka Matryoshka. Keduanya merupakan gambaran sosok ibu.
Nuansa ornamentik berupa tanaman dan suasana alam, melambangkan kedamaian dan ketenangan. ”Para ibu di seluruh dunia tentu mendambakan kedamaian dan ketenangan. Tak ada satu pun yang ingin perang,” ungkapnya.
Sebagian besar karya-karya Vlad dipajang di Moscow State Institute of International Relation (MGIMO). Melalui universitas tersebut, Vlad sering melakukan kegiatan pameran dan diskusi soal kebudayaan, khususnya budaya Indonesia.
Dengan Cinta Ibu Mendamba Perdamaian Dunia, Vlad sekali lagi ingin berpesan. Agar semua orang senantiasa menjaga perdamaian. Mengilhami kasih ibu dan mau memperjuangkan kemanusiaan.
”Semoga konflik Rusia dan Ukraina segera berakhir. Saya bukan politisi. Menurut saya politik hal yang rumit. Saya seniman. Lewat karya seni, saya ingin menyatukan berbagai bangsa dengan semangat perdamaian,” ujarnya.
Vlad menghela napas. Matanya basah. Ia teringat keluarganya di Donbass. Luka itu seperti muncul kembali. Karena itu Cinta Ibu Mendamba Perdamaian Dunia mencerminkan rasa sakit dan kekhawatirannya terhadap keluarga serta orang-orang di Ukraina.
”Saya mohon semua pihak agar dapat menyelesaikan konflik lewat diplomasi. Damai! Saya ingin semua orang hidup bahagia,” tegasnya. (Heti Palestina Yunani-Guruh Dimas)