NATO Lihat Suara Ukraina Tak Bulat

Kamis 10-03-2022,11:27 WIB
Editor : Doan Widhiandono

Invasi Rusia ke Ukraina terus berlanjut. Sudah dua pekan perang berkecamuk. Perundingan pun mulai digelar. Namun, konflik dua negara tersebut ditengarai bakal berlangsung cukup lama. Sebab hingga kini belum ada negara lain yang menjadi fasilitator. 

Berikut wawancara Harian Disway dengan Pakar Hubungan Internasional Universitas Airlangga I Gede Wahyu Wicaksana.

Bagaimana sesungguhnya peta politik saat ini?
Ya, Ukraina memang sempat defensif. Karena sebelumnya berharap NATO akan turun tangan. Memberi bantuan militer secara langsung. Juga berharap ada aksi masyarakat internasional. Ini model kalkulasi strategi. Ekspetasinya dukungan moral. Tapi, ternyata itu tak terjadi. NATO hanya berkontribusi politis saja. Cuma memberi kecaman. 

Kenapa demikian?
NATO sebetulnya berharap Presiden Ukraina mau melunak. Perwakilan NATO sudah bertemu dengan diplomat senior Ukraina. Mereka meminta agar tidak terprovokasi karena perang itu merugikan.

Apakah NATO ragu?
Bisa dikatakan begitu. NATO tidak turun langsung karena tahu perang itu mahal. Butuh biaya tinggi. Wong ekonomi Eropa juga pertumbuhannya kurang bagus. Selain itu, suara pemerintah Ukraina terpecah. Itu yang dilihat NATO. Bahwa Ukraina tidak utuh.

Bukankah ekonomi Rusia juga sedang tidak bagus?
Betul. Tapi, juga beredar kabar bahwa Rusia dibiayai negara besar lainnya. Meski ini low intensive war , tetapi Rusia menggerakkan pasukan khusus. Itu biayanya bisa 20 kali lipat dari pasukan reguler. Putin ingin kemenangan cepat.

Bagaimana dengan campur tangan dari Tiongkok dan AS?
Itu butuh kalkulasi tingkat tinggi. AS sedang menunggu Tiongkok. Tiongkok abstain di hadapan Dewan Keamanan PBB. Meski sudah diprovokasi tapi diam saja. Sementara kalau AS sampai turun, maka di situ akan terjadi 4 medan laga. Di depan lawan Rusia dan di belakang lawan Tiongkok.

Apa risikonya jika itu sampai terjadi?
Biayanya super mahal. Joe Biden bisa jatuh kalau sampai gagal di situ. Jadi sebetulnya Tiongkok dan AS sedang berhitung. Dan saling menghitung.

Lalu, bagaimana posisi Ukraina dan Rusia sekarang?
Yang jelas, Rusia sudah dapet secara geopolitik. Putin mengecam negara lain agar tidak ikut campur. Meski ada bantuan drone dari Turki. Tapi itu tak terlalu berarti. Hanya seperti menembak balon saja. Sekarang, posisi Putin di atas angin. Ia berhasil pamer kekuatan militer Rusia. Di dalam negeri, legitimasi Putin menguat lagi. Presiden Ukraina pasti jatuh karena ia terang-terangan membenci Putin.

Apakah ada tujuan lain dari Putin yang tak terbaca di permukaan?
Saya kira Putin punya visi jangka panjang untuk membangkitkan romantisme Uni Soviet. Ia penjudi hebat. Ingin menunjukkan bahwa Rusia pasca Uni Soviet makin digdaya. Yang tak terbaca sebetulnya Rusia bersama Tiongkok ingin menghentikan hegemoni AS. Tatanan dunia harus sesuai kehendak mereka. Semacam kavling bahwa Asia Tengah untuk Rusia. Sedangkan Asia Pasifik dan Afrika untuk Tiongkok. (Mohamad Nur Khotib)

 

Tags :
Kategori :

Terkait