PASAR TURI bangun dari tidur panjangnya hari ini (22/3). Sebanyak 3.780 stan milik pedagang lama bakal dioperasikan untuk kali pertama sejak kebakaran hebat pada 2007. Wali Kota Eri Cahyadi menggelar tasyakuran untuk memperingati hari bersejarah itu kemarin (21/3).
”Ayo, sama-sama kita kembalikan Pasar Turi sebagai ikon kota kita lagi,” ujar Eri seusai tasyakuran bersama pedagang. Mereka baru bisa berjualan hari ini. Tapi, mayoritas masih sibuk boyongan dari tempat penampungan sementara (TPS) yang dibongkar mulai kemarin.
Enam alat berat dikerahkan untuk mempercepat pembongkaran. Masih banyak pedagang yang belum memindahkan barangnya. Banyak juga yang tidak mendapat stan di Pasar Turi Baru. Sebab, status mereka bukan pedagang lama.
Dinding tripleks pasar dibongkar di hari pertama. Kayu rangkanya juga diangkut ke truk. Pembongkaran TPS yang menutupi wajah baru Pasar Turi bakal bergulir selama sepekan ke depan.
Juleha, salah seorang pedagang pakaian, bisa semringah kemarin. Penantian panjangnya sudah berakhir. Dia akhirnya mendapat tempat baru yang lebih layak. Yakni, stan yang sudah dibayar sejak tujuh tahun lalu. ”Mugo-mugo rame koyok mbiyen maneh (Semoga ramai seperti dulu lagi, Red),” katanyi sambil memindahkan barang dagangan.
Pasar Turi memang pernah menjadi ikon perbelanjaan Surabaya. Sama dengan Hi-Tech Mall yang menjadi pusat IT terbesar di Indonesia Timur itu. Sayang, nasib dua pusat perbelanjaan tersebut sempat terbengkalai. Kini Pasar Turi sudah lebih dulu mengorbit. Sedangkan Hi-Tech Mall masih mencari investor baru.
Lorong-lorong di Pasar Turi mulai ramai kemarin. Banyak stan yang buka untuk kali pertama sejak gedung tuntas dibangun pada 2014.
Mereka antusias menyambut era baru Pasar Turi. Meski masih banyak masalah hukum yang menggantung, mereka tetap lega. Setidaknya tuntutan mereka dikabulkan: pokoknya jualan dulu.
Tokoh pedagang Pasar Turi Kho Ping juga kagum dengan keberanian Wali Kota Eri Cahyadi. ”Ini penantian 15 tahun, lho,” kata pedagang yang memiliki 14 stan itu.
Masalah Pasar Turi terjadi sejak era Wali Kota Bambang Dwi Hartono (BDH). Pemkot mulai dicurangi PT GBP di dua periode masa kepemimpinan Wali Kota Tri Rismaharini.
Baru di era Wali Kota Eri Cahyadi masalah mulai diurai. Pemkot menjalin komunikasi dengan PT GBP sepeninggal Henry J. Gunawan pada Agustus 2020 di Rutan Medaeng.
Akhirnya disepakati bahwa pedagang memperoleh hak pakai stan permanen. Bukan sertifikat strata title seperti yang dijanjikan PT GBP. Cara itu dianggap sebagai jalan tengah terbaik. Setidaknya pedagang punya hak penuh atas stan tersebut meski bentuknya bukan sertifikat.
Kho Ping masih mengupayakan agar pedagang tetap bisa dapat strata title seperti yang sudah dibayarkan. Sertifikat itu bisa digunakan untuk agunan pinjaman di bank. Pedagang sangat membutuhkannya.
Maklum, sudah banyak pedagang yang bangkrut karena saking lamanya menunggu. Bahkan, sudah banyak teman Kho Ping yang meninggal tanpa menikmati gedung baru tersebut. Beberapa di antara mereka stres karena terlilit utang.
Antusiasme juga dirasakan mantan karyawan Kho Ping. Banyak di antara mereka yang bekerja di Pusat Grosir Surabaya (PGS) yang ada di seberang Pasar Turi. ”Pak, kalau sudah buka, aku melu sampean maneh, ya (aku ikut Anda lagi, ya, Red),” ucap Kho Ping menirukan ucapan mantan pegawainya.