KEBUTUHAN minyak goreng (migor) masyarakat mulai naik. Jika biasanya hanya sebesar 190 ton kini sudah tembus 200 ton per bulan. Prediksinya bakal naik sekitar 20 persen pada Ramadan nanti yakni tembus 240 ton per bulan.
“Ini akan berlangsung sampai Mei. Baru kemudian turun lagi,” kata Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) Sahat Sinaga, kemarin (24/3). Ia pun memastikan stok migor di pasar bakal aman selama ramadan. Namun, ia bakal melibatkan pelaku industri migor dalam proses distribusi.
Keputusan tersebut telah disepakati berdasarkan satu hal. Bahwa kelangkaan migor yang terjadi sebelumnya disebabkan oleh macetnya distribusi. Ada mafia yang bermain memutus rantai distribusi. Dan bahkan melakukan penimbunan.
Itu terbukti ketika Kementerian Perdagangan mencabut kebijakan harga eceran tertinggi (HET) sepekan lalu. Kemudian migor mulai membanjiri kembali rak-rak di minimarket. Hanya berselang dua minggu sebelum Ramadan. “Kita jengkel juga mendengar seolah-olah produsen yang menyebabkan semua kemelut ini,” ungkapnya.
Sahat pun bakal melibatkan produsen sebagai distributor. Ia akan menunjuk langsung beberapa perusahaan. Namun, tidak sembarang perusahaan. Ia akan menghitung kapasitas produksi perusahaan tersebut. Baik migor premium hingga curah. Juga harus tahu pasarnya.
Syaratnya, perusahaan tersebut harus tercatat dalam Sistem Informasi Industri Nasional (SIINas) Kementerian Perindustrian. Dari total perusahaan migor hanya ada 48 entitas yang sudah masuk SIINas. “Yang tidak mau ikut, tidak usah dipaksa, akan ada sanksi dari Kemenperin,” jelasnya.
Namun, imbuh Sahat, proses tersebut memang tak mudah. Sebab, hanya migor premium yang tak memerlukan subsidi dan tracking. Sehingga untuk distribusi migor curah butuh proses yang ketat.
Apalagi saat ini persaingan migor curah dan premium masih bergantung pada daya beli masyarakat. Harga migor pun kini rata-rata mencapai Rp 24 - Rp 25 ribu per liter. Ia menilai keterlaluan jika di pasar melebihi harga tersebut. Mengingat harga bahan mentah migor (CPO) juga mulai turun.
Menurutnya, migor curah sebaiknya hanya diperuntukkan untuk kalangan masyarakat, UKM dan usaha kecil lainnya. Seperti penjual gorengan dan warung rumahan. Sedangkan, untuk industri perhotelan harus membeli migor premium. “Karena untuk kasus penjualan minyak curah dengan harga premium bisa lebih ditekan dan dilacak,” tandasnya.
Sementara itu, Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi meyakini hal yang sama. Bahwa kelangkaan migor yang sempat terjadi disebabkan oleh adanya mafia penimbun. Ia pun telah berkoordinasi dengan kepolisian untuk penyelidikan. Tersangka mafia migor akan diungkap ke publik pada Senin (21/3) lalu. Hanya kini belum ada tanda-tanda identitas terduga mafia migor itu terungkap. (Mohamad Nur Khotib)