SURABAYA, HARIAN DISWAY - Hari kedua perhelatan Surabaya Tourism Award dipungkasi oleh penampilan tari oleh Cici Angie Laurentsia. Jebolan Koko-Cici (Koci) Jawa Timur itu menyuguhkan gerak tari seribu topeng dari budaya Tiongkok.
Melihat tarian khas negeri Tiongkok, muncul pertanyaan dalam benak. Apakah aksara dari sebuah negara berhubungan dengan gerak tari dari negara tersebut? Jika menengok aksara Jawa yang gemulai, identik dengan gerak tarinya yang gemulai pula.
Jika melihat aksara Mandarin, polanya kaku, patah-patah namun tegas dan rapi. Seperti gerak dalam tarian yang dibawakan oleh Cici Angie. Yakni tarian seribu topeng.
“Dalam budaya Tiongkok, tari seribu topeng disebut sebagai tari Bian Lian,” ungkapnya sebelum tampil. Saat itu Cici Angie mengenakan kostum khas penari Bian Lian. Jika melihat film-film Mandarin, kostum tersebut biasa dipakai kalangan bangsawan. Penutup kepala lebar, baju yang bagian belakangnya menjuntai ke bawah.
Melihat baju itu seakan membuat penarinya susah bergerak. “Oh tidak sama sekali. Hanya bentuknya saja begini. Saya masih bisa bergerak bebas,” ujarnya. Ia juga mengenakan topeng berwarna merah. Cekung dalam lubang mata topeng tersebut cukup tebal. Seperti berlapis-lapis.
Sekitar pukul 18.00, MC Surabaya Tourism Award, Sekar Ayu, memanggil nama Cici Angie untuk tampil. Gadis 23 tahun itu bersiap di bawah panggung. Musik berbunyi. Sebuah lagu Mandarin khas pengiring tarian seribu topeng.
Cici Angie Laurentsia tampil menghibur saat menampilkan tari seribu topeng di Surabaya Tourism Awards 2022.-Boy Slamet/Harian Disway-
Gerak awalnya tampak kaku dan patah-patah. Berjalan ke tengah panggung, membelakangi penonton. Sembari melontarkan juntai kain belakang ke kanan dan kiri.
Ketika musik mulai mengeras, Cici Angie seketika menghadap penonton. Ia membawa kipas merah berukuran cukup besar menutup separuh wajahnya. Tampak raut topeng yang seakan menyeringai. Misterius. Disusul gerakan melonjak diikuti anggukkan kepala.
Ketika sekali mengangguk dengan keras, diiringi bunyi dentuman musik, kipas terlepas dari wajahnya. Tiba-tiba topeng yang dikenakan Cici Angie berubah menjadi berwarna biru. Seketika penonton terpukau dan bertepuk tangan.
“Kok bisa?,” sahut beberapa orang. Entah bagaimana caranya. Yang jelas dalam beberapa kali anggukan, beberapa kali pula Cici Angie berganti topeng. Ada yang seperti wajah harimau, lantas Cici Angie menari dan bergerak seperti harimau.
Jika topeng itu berganti dengan raut wajah kera, dia berjalan sambil bergaya seperti kera. Meluruskan telapak tangan di pelipis. Seperti gaya kera sakti melindungi pandangannya dari sinar matahari. Tarian itu telah diwariskan padanya secara turun-temurun. Usai pentas, dia mengatakan bahwa awalnya, kakeknya yang asli Mongolia yang mengajarkan tarian tersebut pada tantenya.
“Kakek saya dari Sezhuan. Namanya Yan Rong Bing. Memang asli penari Bian Lian. Kemudian diajarkan pada tante saya, Yan Jian Ling. Kemudian tante mengajarkannya pada saya,” ungkap perempuan asli Surabaya itu. Pada perhelatan Koci 2020, Cici Angie juga menampilkan tarian tersebut dan berhasil menembus 10 besar.
Dalam tarian seribu topeng, Cici Angie berganti topeng sebanyak enam kali. Kemudian dia memungkasinya dengan menghilangkan semua topeng dan terlihat wajah aslinya. Penutup hari kedua Surabaya Tourism Award yang menarik. Riuh tepuk tangan kembali menggema. ()