GKI Jatim, Melukis Bumi di Peringatan Pentakosta dan Hari Lingkungan Hidup

Senin 06-06-2022,14:12 WIB
Reporter : Salman Muhiddin
Editor : Salman Muhiddin

SURABAYA, HARIAN DISWAY - Departemen Oikumene dan Kemasyarakatan (Oikmas) Sinode GKI Wilayah Jawa Timur berkumpul di Halaman Gereja GKI Kutisari, Surabaya, Minggu, 5 Juni 2022. Ada dua perayaan sekaligus: Hari Lingkungan Hidup se-Dunia dan Hari Pentakosta.

Sejumlah seniman dan budayawan mewarnai perayaan itu. Pengunjung tidak dibatasi. Semua boleh ikut. “Ini terbuka untuk umum sehingga semua warga masyarakat bisa datang menikmatinya,” ucap Ketua Dep. Oikemas Pdt Firmanda Tri Permana.

Tokoh seniman Desemba Sagita Titaheluw melukis peristiwa penciptaan alam semesta dalam kanvas besar, diiringi performa simultan dari Budi Palopo, penggurit Jawa.


GKI Jatim melibatkan seniman dalam peringatan Pentakosta dan Hari Lingkungan HIdup.-Radian Jadid-

Beberapa musisi juga mengiringi perayaan itu. Mulai dari Arul Lamando (rebab),Victor (saxophone), Heru (biola), Puguh (akordeon), serta Arul (didjeridu), Martin Bana (gitar), serta Dion (ukulele).

Silih berganti mereka mengiringi Dasemba menyelesaikan lukisannya. Sebagai pamungkas kolaborasi, mereka menyanyikan lagu “Ibu Pertiwi” secara bersama-sama. Acara lalu dilanjutkan dengan penyerahan bibit pohon dan juga biji tanaman, dipimpin Pdt. Simon. 


Pemberian bibit pohon kepada generasi muda di halaman GKI Kutisari, Minggu, 6 Juni 2022.-Radian Jadid-

Pdt. Andri Purnawan, selaku Majelis Pertimbangan Sinode GKI Wilayah Jawa Timur berharap acara itu bisa membangkitakan semangat lestari semua masyarakat lintas iman. Menurutnya, bumi yang merupakan anugerah Tuhan, harus tetap dirawat oleh semua umat manusia. “Dan Roh Kudus kami hayati sebagai Roh Pembaharuan. Dimana Roh hadir, disitu ada kehidupan, dimana Roh hadir disitu ada kelestarian. Salam lestari,  salam pentakosta.” katanya.

Pendeta senior Sinode GKI Wilayah Jatim Pdt. Simon Filantropa, menambahkan bahwa lingkungan hidup tidak bisa diartikan sempit. Bukan hanya melestarikan alam, tapi juga merajut hubungan sosial sesama umat manusia. Selain mengajak anak-anak bermain di alam, biasanya GKI juga mengajak mereka kunjungan ke pesantren.

“Environment itu artinya lingkungan. Bahayanya, apa yang tidak hidup diartikan bukan lingkungan, padahal sebenarnya semuanya lingkungan. Semua harus dilestarikan. Mengapa menggandeng seniman dan pakai seni. Karena seni itu juga lingkungan kita,” ucap Pdt. Simon.

Peringatan itu juga menghadirkan tokoh lintas agama se-Surabaya dan Sidoarjo. Pendeta simon mengistilahkan sebagai forum beda tapi mesra. Mereka turut serta saat penyerahan bibit pohon pada generasi muda sebagai penerus bangsa. 


Cak Dasemba duduk di depan lukisan bumi yang baru saja diselesaikan.-Radian Jadid-

Dasemna, seniman yang juga Ketua FBS (Forum Budaya Surabaya) mengharapkan, penonton bisa mengikuti alur proses kreatif para seniman dari awal hingga akhir.  Ada makna tersirat dalam lukisan yang ia selesaikan. 

 “Manusia telah banyak melakukan perusakan terhadap alam. Sesuatu yang indah bisa rusak oleh tangan-tangan jahil. Kesadaran untuk menghentikan kerusakan itu harus kita serukan bersama-sama.” harap Cak Desemba. (*)

 

Kategori :