Penajem Paser Utara rencananya menjadi ibu kota baru Republik Indonesia. Tak dinyana, aku mendapat kesempatan berkunjung ke daerah tersebut. Rupanya kawasan Penajam cukup luas dan indah. Sebelum mengunjungi lokasi ibu kota baru, aku juga mengunjungi Gua Tapak Raja.
Pertengahan Mei, aku iseng membaca status facebook seorang kawan lama bernama Wied Harry. Ia adalah nutrisionis atau ahli gizi bertaraf nasional. Dalam statusnya, Wied mengajak siapa saja yang ingin berkunjung ke Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur. Untuk menengok wilayah yang sedang dipersiapkan menjadi ibu kota baru Indonesia.
Iseng aku kirim pesan pribadi melalui WhatsApp. "Kapan?," tanyaku. Ia menjawab, "Sekitar akhir Mei. Ayo ikut, Pung!". Tentu langsung kuiyakan.
Awalnya, yang berangkat rencananya ada tujuh orang. Pada hari-H, 29 Mei 2022, peserta ke Ibu Kota Negara (IKN) di Penajam Paser Utara hanya tinggal aku dan Wied. "Tenang, nanti di sana kita akan ditemani Dian Ekarana juga kawannya bernama Arul," ujarnya.
Nah, semakin banyak kawan semakin asyik. Apalagi Dian merupakan youtuber terkenal yang kerap membagikan unggahan tentang IKN.
Dari Surabaya, aku turun Balikpapan. Lama perjalanan sekitar 1 jam 15 menit. Menginap dulu semalam di sebuah hotel. Esoknya, Dian dan Arul menjemput kami di hotel tersebut. Langsung tancap gas menuju Penajam Paser Utara. Menggunakan mobil. Sebenarnya bisa menggunakan kapal feri. Tapi kami memutuskan naik feri saat perjalanan pulang kembali ke Balikpapan saja.
Pemandangan sepanjang perjalanan cukup indah. Pepohonan tinggi, kawasan perbukitan, didukung dengan kondisi jalan yang sangat baik. Memasuki daerah Semoi, Kalimantan Timur, hidungku mencium bau ayam.
Dian menjelaskan bahwa di daerah tersebut terdapat peternakan ayam yang cukup luas. Ternyata benar. Aku melalui berbagai kandang ayam berukuran besar. Beberapa warga Semoi, khususnya warga di tepi jalan yang kulalui, dikenal sebagai peternak ayam.
Mobil melaju dengan santai. Kami mendapati beberapa bekas tambang batubara. Kawasan perbukitan di dekat Penajam Paser Utara mirip dengan kontur perbukitan di wilayah Saradan dan Baturaden.
Jadi meski di luar pulau, rasanya tak asing. Apalagi sebagian masyarakat di daerah yang kami lalui adalah Suku Bugis. Sebagian lagi Suku Jawa. Sebab daerah tersebut dulu merupakan kawasan yang jadi sasaran program transmigrasi. Jadi banyak orang Jawa.
Sebelum menuju IKN, kami mampir ke Gua Tapak Raja. Di Wonosari, Kabupaten Penajam Paser Utara. Saat aku datang, tempat itu baru sebulan dibuka sebagai destinasi wisata baru. Suasana dalam lokasinya cukup menarik. Beberapa tempat duduk tersusun dari ban bekas yang dicat berwarna-warni. Ada pula papan-papan bertuliskan kalimat-kalimat lucu. Seperti "calon mantu idaman", "cantik tak harus Langsing", dan sebagainya.
Saat masuk, aku menemukan banyak coretan-coretan vandalisme. Sayang, tempat seindah itu harus tercoreng oleh aksi orang-orang tak bertanggung jawab.
Setelah puas menikmati Gua Tapak Raja, kami melanjutkan perjalanan ke IKN. Jaraknya kurang lebih 12 kilometer. Jalan meliuk-liuk karena kontur perbukitan. Seperti naik roller coaster rasanya. Tak berapa lama, kawasan IKN telah terlihat. Titik Nol! Sebuah lahan yang akan jadi pusat pengukuran pembangunan IKN menjadi tujuan utama. (Oleh: Dhahana Adi, penulis buku Surabaya Punya Cerita)