Budi memotret prajurit Ukraina yang sedang membidik sasaran. Mereka bersembunyi di balik pepohonan.-Bud Wichers/Harian Disway-
Suasananya sangat menakutkan. Roket dari arah timur menghujani tempat prajurit Ukraina berlindung. Mereka membuat tembok dari karung pasir. Beberapa prajurit yang membawa senapan laras panjang dan bazooka membalas tembakan itu di bawah rindangnya pepohonan.
Setiap prajurit dipecah dalam kelompok kecil. Mereka disebar dengan jarak 50 meter. Rusia punya roket canggih yang bisa menghancurkan satu kompi pasukan dalam sekejap jika mereka bergerombol.
Budi ikut menyelinap di antara semak belukar. Ia harus jongkok dan merangkak seperti para prajurit.
Jantungnya berdegup kencang. Mentalnya memang sekuat baja. Ditempa dalam 20 tahun pengalaman liputan di medan perang. Tetapi Budi tetaplah manusia. Rasa takut itu terkadang muncul.
Roket Rusia jatuh tak jauh dari tempatnya berlindung. Suara ledakan roket membuat gendang telinganya mendenging. Kalau saja sudut tembakan itu lebih ke atas, Budi sudah pasti terluka atau bahkan gugur saat itu juga.
Rusia yang menang senjata membuat prajurit Ukraina tak bisa ke mana-mana. Dalam situasi genting itu, Budi mencoba melawan rasa takutnya.
Ia keluarkan kamera dan ponselnya yang sudah terkoneksi. Ia memilih foto-foto terbaik untuk diedit saat itu juga. “Still under the tree, hiding from the bombs and editing photos (Masih di bawah pohon, berlindung dari serangan bom, sambil mengedit foto, Red),” katanya jurnalis perang yang memulai kisahnya dari Palestina itu.
Tentara Rusia berjarak 300 meter dari tempat Budi memotret.-Bud Wichers/Harian Disway-
Orang tanpa pengalaman pasti sudah terkencing-kencing dalam situasi itu. Tetapi Budi berhasil mengontrol rasa takutnya. Sambil mengedit foto ia mengirimkan foto langit Ukraina yang makin dipenuhi asap.
Ternyata benar kata orang-orang Chuhuiv. Kota mereka sudah berubah jadi neraka. (Salman Muhiddin)
Barter Mayat Prajurit yang Sudah Membusuk, baca edisi Senin, 13 Juni 2022… (*)