Surabaya North Quay (SNQ) punya Teras Tepi Laut bagi penumpang kapal yang ingin menikmati suasana eksklusif. Bersantai sembari menanti jadwal keberangkatan kapal. Selain itu, ada juga tempat terbuka untuk umum. Serta wisata layar dengan kapal pinisi.
BUNYI klakson menggema dari kapal besar putih. Tentu, suaranya lebih keras ketimbang bunyi klakson tronton. Disusul suara pengumuman dari petugas: Perhatian, kapal Sinabung dengan tujuan Makassar dan sekitarnya akan segera berangkat 30 menit lagi . Beberapa penumpang bersantai di geladak utama kapal. Sementara yang lain mulai bergegas naik ke kapal. Kesibukan para penumpang itu terlihat jelas dari Teras Tepi Laut di lantai tiga Surabaya North Quay (SNQ). “Butuh sekitar 24 jam dari sini ke Makassar,” sahut Project Officer SNQ Raga Haryna Juwa yang menemani Harian Disway di Teras Tepi Laut. Tujuan penumpang Sinabung itu beragam. Tidak hanya ke Makassar. Banyak juga yang turun di Jakarta. Dari Teras Tepi Laut, para pengunjung disuguhkan pemandangan yang lengkap. Ada panorama alam yang menyajikan hamparan laut dan matahari terbenam saat senja hari. Dan yang tak kalah menarik kesibukan orang-orang di pelabuhan. Seperti para penumpang yang menaiki kapal maupun gigihnya para kuli panggul yang membopong barang ke dalam kapal. Bahkan, ada aktivitas tak biasa bagi pengunjung yang tak akrab dengan pelabuhan. Mereka akan menjumpai cara kerja katrol derek kapal. Mengangkut barang dengan berat puluhan ton hanya dalam sekejap. Lalu bisa menyaksikan kapal-kapal besar itu ditarik oleh tugboat dari tempat bersandar menuju lautan lepas. Bagian depan Surabaya North Quay yang menjadi magnet anyar pariwisata di Surabaya.-Boy Slamet-Harian Disway- Pemandangan-pemandangan itulah yang ditonton oleh Hesti Ika Agustin. Warga Menganti, Gresik, itu datang ke SNQ bersama Aura Permata, keponakannya dari Kota Malang. “Dia nggak pernah main ke pelabuhan. Mumpung tadi ada urusan di Surabaya, langsung saya ajak mampir ke sini,” kata Hesti lantas terkekeh. Hesti sudah puluhan kali berkunjung ke SNQ. Ia kerap menyempatkan waktu singgah setiap kali ada urusan ke Surabaya. Bukan untuk menanti kapal. Melainkan sekadar melepas penat. Ya, Hesti tidak memilih Tepi Teras Laut. Dia memilih tempat terbuka biasa. Tempatnya persis bersebelahan dengan Teras Tepi Laut. Namun, tarifnya lebih murah. Cukup merogoh kocek Rp 10.000 sudah bisa menikmati pemandangan. Tempat outdoor itu pun terbagi dua. Ada yang menghadap ke laut dan ada yang menghadap ke kota. Keduanya terpisah oleh lorong. Tentu, yang menghadap ke laut menjadi pilihan favorit para pengunjung. Tempatnya cukup luas. Beralas rumput sintetis. Berjajar deretan bangku besi yang terletak di pagar pembatas. Pengunjung biasanya duduk di situ sambil menaruh kedua tangannya di pagar. Kepala mereka melongok ke luar. Sementara di belakang, ada sekitar 5 pasang kursi dan meja. Persis di depan tulisan neon merah-biru: Surabaya North Quay. Meja dan kursi itu selalu penuh karena cocok buat nongkrong bareng kerabat maupun keluarga. “Di sini memang paling banyak buat nongkrong wisata keluarga. Kalau penumpang kapal lebih memilih di Teras Tepi Laut,” lanjut Raga yang menggiring kami berkeliling di area terbuka itu. Angin pun terasa makin deras. Jika hujan turun, tentu pengunjung bisa bubar. Itu pernah dirasakan oleh Rizky Hellen. Mahasiswi semester 4 dari UIN Sunan Ampel itu sudah lima kali nongkrong di sana. Pada kunjungan pertama, turun hujan deras. “Langsung lari ke food court ,” katanya. Untung, cuaca siang itu cukup cerah. Hellen mengajak dua teman kampusnya nongkrong . Mereka memilih tempat terbuka ketimbang di Teras Tepi Laut. Maklum, menyesuaikan dengan kantong. BACA JUGA: Tempat Bersantai Menanti Kapal di Pinggir Laut Business Development Assistant Senior Manager PT Pelindo Properti Indonesia Monique Dwijayanti menyadari potensi besar SNQ. Fasilitas itu menarik banyak pelanggan. Sering dijadikan tempat wisata bagi keluarga. “Berangkat dari situ kami mulai kembangkan lagi inovasi,” ungkap Monique. Pada awal 2022, para pengelola membuat program baru lagi. Tetap dengan konsep outdoor . Yakni menyediakan fasilitas berlayar dengan kapal pinisi nusantara. Jaraknya dari North Quay ke Suramadu. Tentu dengan kapasitas terbatas. Titik kumpul di SNQ lalu diberangkatkan bersama ke Surabaya Veem. Dari sana, peserta mulai naik ke kapal pinisi. Peserta akan menikmati sensasi berlayar tepi laut selama dua jam. Tersedia fasilitas lain seperti dinner . Tarifnya cukup terjangkau, Rp 200 ribu. Menurut Monique, fasilitas itu menandai kebangkitan dari pandemi. Jumlah pengunjung nyaris kembali normal. “Meski baru 70 persen. Tapi momen liburan selalu banyak yang ingin berlayar,” jelas Monique. (Mohamad Nur Khotib)