Begitulah aturannya. Kalau dilanggar sanksinya bisa dikeluarkan dari keanggotaan.
Organisasi yang berdiri sejak 2005 itu ingin menjaga kemurnian misinya: Melibatkan wirausahawan terkemuka untuk belajar dan berkembang. Bukan wadah untuk menjalin mitra dagang.
Dietmar menyalakan monitor besar yang sudah terhubung dengan komputer. Pagi itu, ia tak menerangkan perusahaan Omega Mas-nya. Ia punya project baru yang lebih menantang: menciptakan papan selancar paling ramah lingkungan di dunia.
Ia membuka website varuna.surf. Logonya merupakan gabungan dari papan selancar, biji, dan daun. “Kami menanam sendiri kayu balsa hingga jadi papan surfing seperti itu,” kata Dietmar sambil menunjukkan salah satu contoh papan yang disandarkan di tembok.
Project itu sudah berjalan selama tiga tahun. Seorang pengusaha asal Belgia meminta tolong agar Dietmar mau membuat papan selancar.
Tawaran ditolak. Dietmar memang pemain lama dalam pengolahan kayu. Namun, ia tak memiliki pengalaman sama sekali tentang papan selancar. Peralatan untuk membuat papan selancar pun masih belum punya.
Pengusaha itu lalu mencari orang lain di Jawa Tengah dan Thailand. Sudah sempat jalan namun hasilnya kurang memuaskan.
Dietmar terus dirayu agar mau membantu project mulia itu. Menurut International Surfing Association (ISA), ada 35 juta surfer di dunia. Mereka dianggap sebagai penyumbang sampah lautan yang cukup signifikan.
“Setiap orang mematahkan 2-4 papan selancar dalam setahun. Bisa dibayangkan berapa papan yang jadi sampah di lautan?” ujarnya.
Mayoritas papan selancar terbuat dari bahan foam yang sulit terurai di lautan. Selain murah, foam lebih mudah dibentuk. Makanya bahan ini sangat menguasai pasar peselancar.
Kampanye menggunakan papan seluncur ramah lingkungan sebenarnya sudah ada sejak lama. Di Indonesia pun ada perajin papan selancar dengan bahan kayu. Namun produksinya masih sangat kecil. Harganya pun sangat mahal.
Orang-orang di Varuna ingin membuat papan selancar paling ramah lingkungan dengan harga yang bersaing. Kampanye lingkungan yang mereka gagas harus benar-benar matang.
Untuk mewujudkan project itu, mereka memakai kayu balsa dengan kualitas terbaik. “Itu ada di Pulau Seram di Maluku,” lanjut Dietmar.
Kayu itu ditanam sendiri dari biji. Varuna menyiapkan lahan khusus agar project ini benar-benar ramah lingkungan. Bukan menggunduli hutan.
Proses riset and development (RnD) berjalan hingga tiga tahun. Jutaan dolar telah diinvestasikan untuk mewujudkan proyek itu. Desainer papan selancar terkemuka dari Amerika Serikat, Kanada, Prancis, hingga Australia dilibatkan.
Founder Harian Disway Dahlan Iskan punya satu papan Varuna. Anda bisa melihat wujudnya dalam beberapa tayangan podcast Energi Disway. (Salman Muhiddin/Bersambung)